Keadaan yang Diperbolehkan Bagi Seseorang Menginginkan Mati Dalam Pandangan Islam
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Alasan Seseorang Menginginkan Mati
Kenapa ingin mati?
Pertanyaan tersebut pasti terlontar ketika ada seseorang menginginkan mati. Apakah karena frustasi, ketakutan atau memang karena sudah bosan hidup?
Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya tentang larangan dari Rosulullah agar jangan menginginkan mati dan berdoa memintanya, maka berarti agama melarang seorang muslim menginginkan mati apalagi bunuh diri.
Namun memang ada pengecualian yang menjadi sebab bagi seorang mu'min dibolehkan mengingikan mati dan berdo'a agar Allah mencabut nyawa orang tersebut.
Sebagaimana disebutkan di dalam Al Qur-an bahwa nabi Yusuf bordo'a agar nyawanya dicabut oleh Allah Ta'ala:
تَوَفَّنِى مُسْلِمًا وَ أَالحِقْنِى بِالصَّالِحِيْنَ
"Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang sholih." (Q.S. Yusuf: 10)
Kemudian di dalam Al Qur-an juga disebutkan bahwa Maryam mengucapkan keinginannya untuk mati:
يَا لَيْتَنِى مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا
"Aduhai, alangkah baiknya andaikan aku mati sebelum ini dan andaikan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi yang dilupakan." (Q.S. Maryam: 23)
Ketika Nabi Yusuf Menginginkan Mati
Imam Qurtubi menyebutkan bahwa mengenai ucapan nabi Yusuf yang meginginkan mati, yang disebutkan di dalam surat Yusuf, Qotadah berkata: Tak ada seorang pun Nabi atau yang lainnya yang menyatakan keinginannya untuk mati, selain nabi Yusuf 'alaihissalam. Itu pun terjadi justru ketika segala ni'mat Allah dan semua kekuatan semakin melimpah kepadanya, maka beliau merindukan bertemu dengan Allah Azza wa jalla.
Nabi Yusuf adalah putra dari nabi Ya'qub 'alaihissalam, yang mana beliau ini adalah seorang raja kemudian nabi Yusuf pun menjadi seorang raja. Maka beliau dihadapkan dengan urusan duniawi karena melimpahnya kekayaan, kuatnya jabatan, istri yang cantik, disamping beliau juga dikaruniakan wajah yang tampan oleh Allah dan diberikan mu'jizat karena beliau adalah seorang nabi dan Rosul.
Sebagaimana disebutkan di dalam Al Qur-an bahwa nabi Yusuf berkata:
رَبِّ قَدْ ءَاتَيْتَنِى مِنَ المُلكِ وَلَّمْتَنِى مِنْ تَأوِيْلِ الأَحَادِثِ
"Ya tuhanku, sesungguhnya engkau menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan, dan telah mengajarkan kepadaku sebagian tabir mimpi." (Q.S. Yusuf: 101)
Maka tujuan daripada keinginan nabi Yusuf 'alaihissalam untuk mati yaitu ingin segera bertemu dengan Allah karena rasa rindu. Karena begitulah iman ketika menemui puncaknya, segala kemewahan dunia itu tidak ada artinya bagi orang-orang yang sudah mengenal Robnya.
Seorang ahli Allah akan merasakan ketidak nyamanannya ketika bersentuhan dengan hal yang duniawi, mereka takut terhadap fitnah dunia yang menjerumuskan dirinya kepada murkanya Allah.
Ada pula ulama yang berpendapat bahwa sesungguhnya nabi Yusuf tidak menginginkan mati, tapi menginginkan agar ketika beliau dimatikan oleh Allah dalam keadaan Islam dan diakhirat dikumpulkan bersama orang-orang sholih. Hanya Allah yang Maha Mengetahui.
Dan pendapat kedua ini dipilih oleh ulama ahli ta'wil di dalam memaknai ayat tersebut, bahwa nabi Yusuf 'alahissalam berdo'a agar beliau mati dalam keadaan Islam dan termasuk orang yang sholih, bukan meminta dimatikan oleh Allah.
Bila ditelaah, do'a nabi Yusuf di atas begitu indah tak ada kata yang menyiratkan bahwa beliau merasa beriman padahal beliau adalah seorang Nabi yang tempatnya itu kelak di surganya Allah.
Sebagai pelajaran untuk umat setelahnya yaitu umat Rosulullah agar tidak meninggalkan taubat yaitu dengan mentaubati perasaan-perasaan yang seakan-akan dirinya itu paling baik dan suci daripada manusia lainnya, karena manusia itu tempatnya salah dan dosa.
Ketika Maryam Menginginkan Mati
Adapun perkataan Maryam pada surat Maryam ayat 23 tentang keinginannya untuk mati, merupakan luapan hatinya ketika menghadapi ucapan dan sangkaan orang-orang terhadapnya ketika beliau mengandung dan melahirkan nabi Isa 'alaihissalam tanpa mempunyai seorang suami.
Maryam adalah sosok wanita yang lahir dari keluarga terhormat, ayahnya Imran adalah saudaranya nabi zakaria dan Maryam sendiri dikenal wanita sholihah dari keluarga yang ta'at kepada Allah oleh masyarakat, maka ketika orang-orang mengetahui bahwa maryam hamil tanpa suami beliau dianggap buruk oleh masyarakat.
Keinginan sayidatu Maryam agar dimatikan oleh Allah bukan karena ejekan dan hinaan masyarakat terhadap dirinya tapi beliau kuatir dirinya terjerumus kedalam fitnah karena pandangan negatif kaum laki-laki yang menganggap beliau wanita murahan.
Oleh karena alasan tersebut maka timbul rasa kuatir di dalam dirinya bahwa dirinya bisa menjadi penyebab terjerumusnya orang-orang kedalam fitnah seperti berita bohong tentang dirinya yang telah berzinah sehingga bisa saja Allah mendatangkan azab kepada mereka, itulah alasannya, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui.
Sebagaimana Allah memberikan peringatan dalam sebuah firman yang ditujukan kepada mereka yang memfitnah sayidatu 'Aisyah rodhiyallahu 'anha:
"Dan siapapun dari mereka yang mengambil bagian besar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang pedih." (An Nur:11)
Kemudian Allah juga berfirman:
"Dan kamu menganggapnya sesuatu yang ringan saja, padahal itu di sisi Allah adalah besar." (An Nur: 15)
Kemudian terkait kedudukan Maryam, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang apa hakikat Maryam, apakah beliau shiddiqoh?
Karena dalam sebuah ayat disebutkan:
وامه صديقة
"Dan ibunya nabi Isa adalah seorang shiddiqoh." (Q.S. Al Maidah:75)
Atau apakah beliau seorang Nabi perempuan? Karena ada ayat yang menyebutkan:
"Kemudian kami mengutus ruh (malaikat) kami kepadanya." (Q.S. Maryam: 17)
Dan ayat lain yang menyebutkan:
وَإِذْ قَالَتِ الملائكة يامَرْيَمُ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاكَ
"Dan ingatlah ketika malaikat (Jibril) berkata, wahai Maryam sesungguhnya Allah telah memilih kamu." (Q. S. Ali Imran: 42)
Terlepas dari khilaf ulama terkait kedudukan Maryam, maka bisa disimpulkan bahwa keinginan Maryam yang meminta mati pada kondisi seperti itu adalah dibolehkan. Hanya Allah yang Maha Mengetahui.
Ketika Seorang Muslim Menginginkan Mati
Kemudian juga diriwayatkan oleh Malik, dari Abu Zinad, dari Al A'roj, dari Abu Huroiroh, bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُوْلُ يَا لَيْتَنِى مَكَانَهُ
"Kiamat tidak terjadi sebelum ada seseorang melewati kuburan oranglain, sehingga dia berkata; Alangkah baiknya andaikan aku menempati tempat dia." (Shohih Bukhori dan Muslim)
Adapun hadits Abu Huroiroh di atas tentang seseorang yang menginginkan mati saat melewati kubur, imam Qurtubi menyebutkan bahwa hal tersebut terjadi karena dahsyatnya bencana yang menimpa masyarakat, dan kerusakan yang menimpa agama.
Sementara dia sendiri tidak berdaya menghadapinya, dan kuatir agama dia sendiri akan berganti. Jadi, bukan karena bencana yang menimpa tubuhnya atau lainnya seperti hilangnya harta yang mana semuanya itu dapat mengurangi dosa-dosanya.
Hadits Rosulullah di atas menggambarkan tanda-tanda akan kiamat dimana fitnah terhadap agama Islam begitu parahnya, sehingga ada seorang mu'min menginginkan mati ketika melewati kuburan karena kuatir dengan agamanya.
Kemudian ada hadits lain memperjelas sebab dibolehkannya menginginkan mati yaitu do'a Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam:
اَللّهمّ إِنِّى أََسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ وَحُبَّ المَسَاكِيْنِ وَإِذَا أَرَدْتَ وَيُرْوَى أَدَرْتَ مِنَ النَّاسِ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُوْنٍ
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar mampu melakukan kebaikan-kebaikan, meninggalkan segala kemunkaran dan mencintai orang-orang miskin. Dan jika engkau menghendaki -menurut riwayat lain: Engkau mengedarkan- bencana di tengah manusia, maka cabutlah nyawaku kepada-Mu dalam keadaan tidak terkena bencana." (Al Muwatho' : Imam Malik)
Hal yang senada juga diucapkan oleh Sayidina Umar di dalam do'anya: "Ya Allah, kekuatanku benar-benar sudah lemah, usiaku sudah tua, sedangkan rakyatku sudah tersebar kemana-mana. Maka cabutlah nyawaku dalam keadaan tidak menyia-nyiakan ataupun melalaikan kewajiban." (Al Muwatho': Imam Malik)
Kemudian, tidak lebih dari sebulan setelah do'a tersebut dipanjatkan, maka Sayidina Umar pun meninggal dunia. Semoga Allah senantiasa merahmatinya.
Selain dalil-dalil di atas yang menunjukan bahwa seseorang boleh menginginkan mati dan berdo'a memintanya, mualif juga menyebutkan kaul ulama yang menyebutkan hal yang serupa.
Abu Umar bin Abdul Barr dalam kitab At Tahmid wal Istidzkar, menyebutkan cerita Zadan Abu Umar, dari Alim Al Kindi, beliau berkata bahwa saya pernah duduk bersama Abul Abbas Al Ghifari di atas loteng. Maka terlihat olehnya orang-orang menderita dan mati karena suatu wabah.
Tiba-tiba beliau berkata: "Wahai wabah ambillah aku kepadamu." Beliau mengatakan itu tigakali.
Kemudian Alim bertanya: "Kenapa engkau berkata seperti itu? Bukankah Rosulullah telah bersabda; Jangan sekali-kali kalian menginginkan mati, karena ketika itu terputuslah amalnya, dan tidak dikembalikan untuk meminta keridho'an (taubat)."
Maka Abul Abbas menjawab: "Aku pun mendengar sabda Rosulullah; Segeralah meminta mati jika terjadi enam perkara: Orang-orang bodoh jadi pemimpin, banyaknya tanda-tanda kiamat, hukum dijual belikan, pembunuhan dianggap remeh, silaturahmi diputuskan, dan generasi yang menjadikan Al Qur-an sebagai nyanyian, mereka menyuruh seseorang tampil menyanyikan Al Qur-an padahal ia paling sedikit pengetahuan agamanya." (Sunan At Tirmidzi dan haditsnya shohih)
Kesimpulan
Seperti yang disebutkan hadits di atas bahwa seorang mu'min dibolehkan menginginkan mati dan berdo'a memintanya jika terjadi enam perkara:
- Orang-orang bodoh jadi pemimpin.
- Banyaknya tanda-tanda kiamat.
- Hukum diperjual belikan.
- Pembunuhan diangap remeh.
- Silaturahmi diputuskan.
- Generasi yang menjadikan Al Qur-an sebagai nyanyian, dengan menyuruh seseorang tampil menyanyikan Al Qur-an padahal ia paling sedikit pengetahuan agamanya.
Namun perlu diperhatikan bahkan wajib diketahui bagi tiap-tiap mukalaf mengimani bahwa kelak amal seseorang akan ditanyakan oleh malaikat di alam barzah yakni alam kubur, dan azab kubur maupun ni'mat kubur itu benar adanya. Sehingga kita juga harus tahu diri, mengukur keimanan dan ketaatan kita kepada Allah sebelum memutuskan memohon kepada Allah agar nyawa kita dicabut, karena ada riwayat menyebutkan bahwa mereka yang sudah mati di alam barzah sangat berharap agar dihidupkan kembali oleh Allah agar bisa memanfaatkan waktu mereka untuk beribadah kepada-Nya.
Wallahu a'lam bishowab.
Post a Comment for "Keadaan yang Diperbolehkan Bagi Seseorang Menginginkan Mati Dalam Pandangan Islam"
Silahkan tinggalkan komentar tanpa menyertakan link