Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Cabang Iman Berdasarkan Penjelasan Syekh Nawawi Al Bantani Dalam Kitab Qomi' Tughyan

Cabang Iman Berdasarkan Penjelasan Syekh Nawawi Al Bantani Dalam Kitab Qomi' Tughyan

بسم الله الرحمن الرحيم


Iman

Sebelum membahas tentang cabang-cabang iman berdasarkan kitab Qomi' Tughyan karya syekh Nawawi Al Bantani, terlebih dahulu seorang muslim harus tahu apa itu iman.

Iman adalah persaksian yang diucapkan dan dibenarkan di dalam hati kemudian dibuktikan dengan perbuatan.

Sebagaimana Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam menyebutkan di dalam haditsnya, bahwa iman itu ketika dirimu beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-utusan-Nya, dan hari pembangkitan.

Kemudian juga disebutkan oleh Nabi di dalam haditsnya yang ditulis oleh para ulama ahli hadits, bahwa Islam dibangun diatas azas persaksian bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan muhamad itu utusan Allah, mengerjakan sholat, zakat, haji dan puasa Ramadhan (Shohih Bukhori: kitab iman diriwayatkan oleh Ibnu Umar).

Maka jelas, bahwa iman itu tidak hanya persaksian tapi juga harus disertai perbuatan (amal) seperti sholat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu.

Seperti sebuah bangunan, tidak akan berdiri kokoh bahkan sama sekali tidak akan ada sebuah bangunan tanpa adanya tanah sebagai landasan tempat berdirinya bangunan tersebut, juga akan mudah roboh jika tanpa pondasi.

Sehingga jika kelima azas yang disebutkan diatas tidak dilaksanakan maka tidak sempurnalah keislaman seorang muslim dan dipandang fasik oleh syari'at, sedangkan bagi orang yang munafik i'tiqodi artinya seorang yang mengaku muslim akan tetapi di dalam hatinya menyakini bahwa Allah itu bukan tuhan yang disembah dan muhamad bukan Rosul, kemudian menganggap bahwa sholat, zakat, puasa dan haji itu bukan wajib maka orang tersebut termasuk kufur karena keluar daripada iman.


Amal Iman

Syekh Nawawi Al Bantani di dalam kitab Qomi' Tughyan mengatakan bahwasanya segala amal iman mempunyai bagian-bagian dan mempunyai karakter, dan yang demikian itu dapat bertambah oleh amal-amal manusia dengan mendatangkan amal-amal iman dan bisa berkurang amal-amal manusia dengan meninggalkan amal-amal iman.

Iman adalah amalan qolbu yang mempengaruhi amal seseorang sehingga meningkatlah amal orang tersebut atau sebaliknya amal seseorang yang menambah amalan iman.

Dan adapun asal iman yaitu membenarkan (tasdiq), maka ketika seorang muslim di dalam hatinya membenarkan yakni tidak ada sedikitpun keraguan di dalam hatinya, maka keimanannya itu tidak akan berkurang karena bila berkurang asal iman niscaya akan ragu dan tidak syah iman yang disertai ragu.

Ketika seseorang beriman kepada Allah maka akan timbul harap dengan menyandarkan harapannya itu hanya kepada Allah dengan jalan memohon kepada Allah dengan berdo'a dan bermunajat yang mana paling utamanya berdo'a yaitu setelah selesai sholat. Maka disini terlihat bahwa antara asal iman dengan amal iman dan amal manusia itu bersinergi.

Tak hanya sebatas do'a dan sholat amal yang dikerjakan seorang mu'min, tapi juga ada ikhtiar dengan mengerahkan tenaga dan fikirannya yang dihiasi dengan sabar, sungguh-sungguh, husnudzhon, yakin dan ikhlas.

Sehingga apapun hasil yang dia dapat akan diterimanya dengan ridho karena yang dia tuju dari semua amalnya itu adalah ridhonya Allah Ta'ala.

Maka dengan demikian amal iman seorang mu'min akan bertambah seiring dengan bertambahnya amal (perbuatan/ikhtiar) orang tersebut.

Cabang iman

Cabang Iman

Menukil dari nadzhomnya syekh Zainudin bin Ali bin Muhammad Asy Syafi'i rohimahullahu ta'ala, syekh Nawawi Al Bantani berkata, bahwa Iman itu memiliki 77 cabang berdasarkan kaul ulama ahli keutamaan.

Sebagaimana telah bersabda Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam, bahwa Iman itu ada lebih dari tujuh puluh cabang, maka yang paling utama adalah mengucap: "La ilaha illallah." 

Dan yang paling rendahnya iman itu adalah menyingkirkan ganguan dari jalan dan rasa malu adalah bagian dari iman. Hadits tersebut diriwayatkan oleh para ulama ahli hadits.

Ulama ahli keutamaan menghitung bahwa iman yang memiliki 77 cabang dapat menyempurnakan jiwa-jiwa manusia, karena dengan cabang iman yang berjumlah 77 tersebut seseorang dapat memperbaiki perkara-perkara dunia dan akhirat dengan sempurna.

Maka seperti yang disebutkan di atas, bahwa cabang iman yang paling utama yaitu mengucap "La Ilaha illallah." Maka ingatlah selalu kepada Allah dengan berdzikir sebanyak-banyaknya dan paling utamanya dzikir yaitu mengucap "La Ilaha illallah", karena banyak sekali keutamaan dibalik kalimah tauhid ini.

Kemudian serendah-rendahnya cabang iman yaitu menyingkirkan gangguan di jalanan seperti misalnya menyingkirkan duri di jalanan yang dilewati banyak orang, bukannya menebarkan paku yang malah mengganggu dan membahayakan pengguna kendaraan maupun pejalan kaki.

Kemudian cabang iman yang selanjutnya yang masyhur yaitu rasa malu, terutama malu kepada Allah sehingga antara hati, ucapan, dan perbuatan akan senantiasa selaras. Malu ketika berpakaian yang menampilkan aurat sehingga dalam cara berpakaianpun dijaga.

Ada lima cabang iman yang disebutkan oleh syekh Nawawi mengawali pembahasan cabang iman di dalam mensyarahi kitab Hidayatul Adzkiya karya syekh Zainudin bin 'Ali bin Muhamad Asy Syafi'i, Al Kusyini, Al Fanani, Al Malibari.


Cabang Iman Pertama: Iman Kepada Allah

Makna iman kepada Allah yaitu membenarkan di dalam hati bahwa Allah itu Maha Tunggal, karena tidak ada sekutu bagi-Nya, artinya tidak ada sesuatu yang haq disembah selain Allah.

Allah itu tidak sama dengan sesuatu apapun karena tidak ada sesuatupun yang semisal dengan Allah. 

Allah sangat dibutuhkan oleh semua makhluk dan tempat meminta segala sesuatu, sehingga Allah itu tidak ada bandingannya.

Keberadaan Allah itu terdahulu tidak didahului oleh sesuatu apapun dan perkara apapun.

Keberadaan Allah itu selain dahulu juga tetap artinya sifat Allah tidak dipengaruhi oleh sifat-Nya yang lain yakni tetap dan senantiasa.

Tidak ada permulaan bagi keberadaan Allah artinya Allah itu tidak butuh kepada proses karena yang membutuhkan proses itu makhluk dan tidak ada akhir bagi Allah karena Allah yang Maha Akhir artinya Allah satu-satunya yang tetap ada ketika seluruh alam dimusnahkan.

Kemudian Allah itu berdiri sendiri artinya bahwa Allah tidak membutuhkan apapun dan Allah tidak bergantung kepada sesuatu apapun tapi sebaliknya semua makhluk sangat bergantung kepada-Nya.

Kemudian Allah itu kekal dan Allah tidak difana'kan oleh keabadiaan-Nya Allah tidak diliputi oleh zaman artinya Allah tidak berubah seiring berjalannya waktu, karena sesuatu yang berubah itu memiliki sifat fana dan hanya makhluk yang memiliki sifat fana seperti menua kemudian mati.

Allah itu Maha Dzhohir dan Batin, tidak ada penghalang bagi Allah untuk mengetahui sesuatu, baik yang dzhohir maupun yang batin. Sehingga tidak ada satupun makhluk yang luput dari pengawasan Allah bahkan terhadap hal yang tersembunyipun Allah itu Maha Mengetahui.

Maha suci Allah dari sangkaan manusia yang menjisimkan Dzat-Nya karena Allah itu tidak semisal dengan apapun yang dibayangkan oleh manusia.

Berbedanya Allah dengan makhluk itu karena Allah bukanlah Makhluk, karena keberadaan Allah tidak berbentuk layaknya makhluk. 

Dzat Allah bukan tinggi tapi yang Maha Tinggi itu kuasa dan derajat Allah yang tidak ada tandingan-Nya begitupun dengan keAgungan dan keBesaran-Nya.

Allah bukan jisim bukan pula jirim, bukan bentuk, bukan makhluk dan tidak butuh apapun seperti tempat, arah, Allah tidak duduk, berdiri, tidak tiduran, dan Allah tidak menempati apapun, Allah bukan di atas, bukan di bawah, depan, belakang, samping, luar, dalam, menempel ataupun renggang, tapi Allah itu ada.

Sehingga ketika ada ayat yang menyebutkan Allah layaknya makhluk, maka seorang mu'min akan mengembalikan maknanya kepada Allah tidak memaknainya sesuai dengan yang disifati makhluk.

Karena Al Qur-an itu kalam Allah yang hanya difahami maknanya oleh Rosulullah, sedangkan Al Qur-an diwahyukan kepada Rosulullah kemudian oleh Rosulullah disampaikan kepada manusia dengan bahasa manusia, maka ada bahasa majaz di dalam Al Qur-an yang disebut ayat mutasabihat agar kalam Allah mudah difahami dengan bahasa manusia karena sesungguhnya kalam Allah bukan aksara maupun suara.

Maka dengan demikian bahwa mengimani Allah itu bukan memikirkan Dzat-Nya tapi mengimani keberadaannya, sebagai satu-satunya tuhan bagi seluruh alam dan yang ditafakuri itu sifat dan af'al-Nya.


Cabang iman Ke 2: Iman Kepada Para Malaikat

Iman kepada para malaikat yaitu bahwa seseorang membenarkan tentang keberadaan malaikat, tidak menganggapnya mitos atau dongeng tapi memang ada.

Para malaikat adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan, mereka tidak pernah bermaksiat, bahkan mereka paling ta'at terhadap perintah Allah, mereka itu jisim-jisim yang lembut dan juga memiliki ruh.

Mereka oleh Allah diberi kekuatan dengan mampu merubah bentuk mereka bermacam-macam dengan bentuk yang bagus artinya mereka bisa berubah wujud sesuai keinginan mereka seperti ketika mereka mendatangi para Nabi dan Rosul atau orang-orang sholih untuk menguji maupun menolong mereka sesuai perintah Allah.


Cabang Iman Ke 3: Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Membenarkan bahwa apa yang Allah turunkan kepada para utusan-Nya daripada kitab-kitab-Nya merupakan wahyu dari Allah Ta'ala.

Kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi adalah wahyu dari Allah, bukan buah tangan manusia terlebih Al Qur-an yang terjaga keasliannya daripada kitab-kitab sebelumnya yang sekarang sudah dirubah oleh tangan-tangan manusia.

Al Qur-an itu kalam Allah yang qodim artinya Al Qur-an sudah ada sebelum alam ini diciptakan yang ditulis oleh qolam dengan kehendak Allah pada lauhul mahfudz kemudian disampaikan kepada Rosulullah secara berkala melalui malaikat Jibril yang disesuaikan oleh Allah dengan garis takdir agar manusia dapat mengambil pelajaran.

Isi daripada Al Qur-an itu mencakup hukum-hukum dan berita dari Allah agar manusia selamat di dunia dan di akhirat.

Adapun mushaf Al Qur-an yang ditulis oleh tangan manusia dari jamannya sahabat sampai sekarang itulah yang baru, namun apa yang terkandung di dalamnya adalah kalam Allah yang qodim, maka otomatis keseluruhan ayat di dalam Al Qur-an itu dimuliakan karena hakikatnya kalam Allah yang qodim.

Dan Al Qur-an adalah satu-satunya kitab suci yang paling relevan sampai hari kiamat karena tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai pedoman bagi manusia yang ingin selamat di dunia dan di akhirat.


Cabang Iman Ke 4: Iman Kepada Para Nabi dan Rosul

Membenarkan bahwa para Nabi dan Rosul itu benar (sidiq) artinya bahwa apa yang mereka sampaikan kepada umatnya itu benar datangnya dari Allah.

Kemudian diantara mereka ada yang Allah utus kepada makhluk untuk memberi mereka petunjuk dan menyempurnakan kehidupan mereka dan tempat kembali mereka.

Kemudian para Nabi dan Rosul oleh Allah diberi kekuatan dengan mu'jizat-mu'jizat untuk menunjukan kebenaran mereka dan didampingi oleh malaikat Jibril yang mengajarkan dan menyampaikan wahyu kepada mereka, kemudian mereka menyampaikan risalahnya kepada seluruh umatnya.

Kemudian mereka menjelaskan risalah yang mereka bawa kepada umatnya yang mukalaf yakni orang yang kena taklif dari Allah dan menjalankannya dengan syarat Islam, baligh dan berakal.

Nabi adalah mereka yang oleh Allah berikan wahyu tapi tidak diperintahkan untuk disampaikan kepada umatnya, sedangkan Rosul adalah mereka yang oleh Allah berikan wahyu dan wajib disampaikan kepada umatnya, maka setiap Rosul itu adalah Nabi sedangkan setiap Nabi itu belum tentu seorang Rosul.

Adapun jumlah keseluruhan Nabi dan Rosul, ulama menyebutkan ada 124.000, sedangkan jumlah keseluruhan para Rosul itu ada 133 sedangkan yang disebutkan di dalam Al Qur-an itu ada 25 Nabi dan Rosul yang wajib diketahui oleh seluruh umat Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.


Cabang Iman Ke 5: Iman Kepada Musnahnya Seluruh Alam dan Hari Akhir

Membenarkan bahwa kelak di hari akhir yakni hari kiamat seluruh alam oleh Allah dimusnahkan, baik yang bawah maupun yang atas.

Dengan mengimani musnahnya alam dunia dan seluruh alam semesta berarti juga iman kepada hari akhir karena kejadian musnahnya alam semesta itu ketika hari akhir yakni hari kiamat.

Termasuk hari pembalasan dimana seluruh manusia berkumpul di mahsyar untuk mempertanggung jawabakan perbuatannya selama hidup di dunia.

Juga harus beriman bahwa kelak di mahsyar seluruh amal manusia ketika hidup di dunia akan dihisab di mahsyar dan ada sebagian golongan tertentu yang memang tanpa hisab karena amal dan ridhonya Allah Ta'ala.

Selain harus beriman dengan adanya hari penghisaban juga harus beriman bahwa kelak seluruh amal manusia ditimbang pada timbangan yang disebut mizan.

Kemudian juga harus mengimani tentang adanya Shirot yakni jembatan yang membentang yang dibawahnya ada api neraka yang siap-siap menjilati manusia yang menyebranginya kecuali mereka yang mendapat ridhonya Allah akan melintasi Shirot secepat kilat.

Kemudian juga harus mengimani adanya surga tempat bagi mereka yang mendapat ridhonya Allah dan beriman terhadap neraka tempat bagi mereka yang mendapat murkanya Allah.


Kesimpulan

Dari apa yang disampaikan oleh mualif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa cabang iman yang seluruhnya ada 77 itu ada lima yang disebutkan oleh mualif berdasarkan ba'it nadzhomnya syekh Zainudin, diantaranya yaitu:

  1. Iman kepada Allah.
  2. Iman kepada para malaikat.
  3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
  4. Iman kepada Nabi dan Rosul.
  5. Iman kepada musnahnya alam semesta dan hari akhir, yang di dalamnya ada iman kepada hari pembalasan, hari penghisaban, kepada Mizan, Shirot, surga dan neraka.

Dan untuk cabang iman yang berikutnya seperti iman kepada hari pembangkitan dan lain-lain, insya Allah pada artikel selanjutnya, semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam bishowab.

Buka Komentar

Post a Comment for "Cabang Iman Berdasarkan Penjelasan Syekh Nawawi Al Bantani Dalam Kitab Qomi' Tughyan"