Larangan Menginginkan Mati dan Berdoa Memintanya | Kitab At Tadzkirah Al Qurthubi
Biografi Singkat Imam Qurthubi
Sebelum melangkah pada isi kajian dari kitab At Tadzkirah karya Imam Qurthubi, ada baiknya kita mengenal siapa imam Qurthubi itu, dengan tujuan menumbuhkan kecintaan kita kepada ulam sebagai pewaris Nabi dan pemegang tongkat estafet sanad ilmu yang bersambung kepada Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam.
Yang akan kami sampaikan pada artikel ini dan artikel-artikel yang lain di blog ini, insya Allah akan memafarkan isi dari kitab At Tadzkirah karya Imam Qurthubi dalam rangka pembelajaran bagi kami pribadi, mudah-mudahan memberi manfaat bagi yang membaca.
Mualif, rohimahullahu ta'ala adalah seorang 'Alim Al Mufassir Al faaqih, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar in Farh Al Andalusi Al Qurthubi, beliau merupakan ulama besar yang banyak menghasilkan karya tulis, yang paling masyhur diantara karyanya yaitu kitab Tafsir Al Qurthubi. Beliau berasal dari kota Cordova.
Kota Cordova yang sekarang bernama kota "Korodo" merupakan kota yang terletak di tepi sungai Al Wadi Al Kabir, Spanyol. Yang kini kondisinya menurun drastis, sehingga menjadi kota kecil saja. Kota tersebut oleh kaum Nasrani direbut pada tahun 1236 Masehi.
Imam Qurthubi lahir di tengah-tengah keluarga yang berasal dari negri Andalusia. Orang tua beliau sangat memperhatikan betul terhadap pendidikannya, maka tak heran jika beliau menjadi ulama besar, disamping memang karena kehendak Allah. Dan salah satu hasil dari buah fikirnya yaitu kitab At Tadzkirah yang insya Allah akan kami paparkan berdasarkan kitabnya dan penjelasan dari guru kami di dalam majelis ilmu.
Pembahasan Tentang Kematian
Mati adalah terputusnya hubungan ruh dengan tubuh yang berarti ruh sudah tidak lagi memberi pengaruh terhadap tubuh karena keduanya terpisah dimana ruh akan memasuki alam lain yaitu alam barzah.
Ulama menyebutkan bahwa kematian adalah termasuk musibah besar. Dikatakan musibah besar karena dengan kematian maka terputuslah amal anak adam.
Ketika seseorang mati maka tidak ada lagi perintah sholat dan amal ibadah yang lainnya sementara di alam barzah dia akan ditanyakan amal ibadahnya sewaktu di dunia oleh Malaikat. Jika dia boleh memilih, maka dia akan memilih dihidupkan kembali oleh Allah untuk memperbaiki dan memperbanyak ibadah, karena azab kubur itu benar adanya.
Karena jika baik di alam barzah tanpa adanya siksa berarti baik pula kelak ketika kiamat tiba, dimana semua orang akan dikumpulkan dan dimintai pertanggung jawabannya di mahsyar, tapi jika buruk yang menimpa seseorang ketika di alam barzah maka lebih buruk lagi ketika dia berada di mahsyar kelak.
Maka benar apa kata ulama, bahwa musibah yang paling besar yang menimpa manusia adalah ketika dia melupakan kematian sehingga lalai dalam hal ibadah, tidak memperbanyak amal sholih sebagai bekalnya kelak di akhirat.
Larangan Menginginkan Mati
Di awal pembahasan tentang kematian, Imam Qurtubi menuliskan sebuah hadits pada kitab At Tadzkirahnya sebagai dalil tentang larangan menginginkan mati, yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik beliau berkata, bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sekali-kali jangan ada seorang pun dari kalian yang menginginkan mati karena bencana yang menimpanya. Kalaupun terpaksa menginginkannya, maka ucapkanlah, "Ya Allah, hidupkanlah aku, jika hidup akan lebih baik bagiku, dan matikanlah aku, jika mati akan lebih baik bagiku. (Shohih Muslim No. 2682)
Dari hadits di atas, bahwa Rosulullah melarang umatnya menginginkan mati, apalagi berputus asa menginginkan mati ketika ditimpakan musibah oleh Allah seperti diberikannya sakit oleh Allah yang mana sakitnya itu menahun umpamanya, maka jangan pernah berdo'a memohon agar cepat mati.
Karena dengan sakitnya seseorang yang diberikan oleh Allah, bisa jadi karena Allah ingin orang tersebut lebih dekat dengan-Nya yaitu taubat.
Maka dengan memperbanyak istighfar insya Allah bagi orang tersebut mendapat karunianya Allah yaitu hidayah dan taufik, sehingga ketika orang tersebut sembuh akan semakin dekat dengan Allah.
Karena sakit itu kehendak Allah begitupun dengan kesembuhan maupun kematian adalah Allah yang berkehendak dan segala yang menimpa manusia adalah atas kehendak Allah, maka bagi seorang mu'min harus berhusnudzhon terhadap kehendak Allah, yakin bahwa ada hikmah dibalik musibah.
Kemudian juga disebutkan hadits yang masih diriwayatkan oleh Anas bin Malik berkata bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sekali-kali jangan ada seorang pun dari kalian yang menginginkan mati, dan jangan berdo'a memintanya sebelum ia datang kepadanya. Karena sesungguhnya, jika seorang dari kalian mati, berarti terputuslah amalnya. Padahal sungguh, bertambahnya usia seorang mu'min hanyalah menambah kebaikan baginya." (Shohih Bukhori No. 2680).
Dengan meninggalnya seseorang, berarti tak ada lagi kesempatan baginya untuk memperbanyak amal shaleh, inilah hikmah yang bisa diambil manusia ketika masih diberi kesempatan hidup oleh Allah.
Kemudian juga masih di dalam kitab shohih Bukhori disebutkan bahwa, Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sekali-kali janganlah ada seorang pun diantara kalian yang menginginkan mati. Jika dia orang baik, barangkali dia akan bertambah kebaikannya. Dan jika dia orang jahat, barangkali dia akan memohon keridhoan Allah." (Shohih Bukhori No. 5673).
Kematian Adalah Kehendak Allah
Sebagaimana disebutkan hadits di atas bahwa tidak boleh berdo'a dan meminta mati, karena memang tanpa diminta pun kematian itu akan datang dengan sendirinya karena kematian itu kehendak Allah.
Karena bagi seorang mu'min mensyukuri hidup adalah sebuah keharusan, sebab dengan bertambahnya umur seorang mu'min maka akan banyak pula amal kebaikannya dan itu semua adalah anugerah Allah yang memberi kekuatan pada seorang mu'min untuk bisa melaksanakan tho'at.
Beda halnya dengan orang yang lalai, maka yang dia dapatkan adalah kerugian, karena tidak memanfaatkan hidupnya untuk ibadah kepada Allah, dan menyesal setelah mati sudah tidak ada gunanya.
Guru kami di dalam majelis ilmu menganalogikannya pada sebuah cerita dimana ada seseorang yang merasa putus asa dengan penyakit batuk dan asma yang dideritanya yang tak kunjung sembuh selama bertahun-tahun.
Kemudian orang tersebut memutuskan ingin mati dengan bunuh diri meminum obat hama padi, maka diteguklah obat hama tersebut dan dengan seketika orang tersebut terkapar dengan mulut berbusa.
Ternyata orang tersebut hanya pingsan dan busa yang keluar dari mulutnya itu sepertinya racun di dalam perut yang termuntahkan, karena setelah kejadian itu orang tersebut gagal mati.
Dengan melihat kejadian yang seperti itu, maka sikap seorang mu'min akan langsung mengaitkan kejadian tersebut kepada Allah, bukannya menganggap orang itu hebat.
Ternyata Allah punya kehendak lain, Allah ingin orang tersebut tetap hidup meski mencoba bunuh diri. Ternyata kematian itu milik Allah bukan milik makhluk karena Allah lah yang memiliki kehendak dan kuasa.
Kemudian Al Bazar menceritakan dari Jabir bin Abdullah, beliau berkata bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Janganlah kalian menginginkan mati, karena kedahsyatan di awal kematian amatlah berat. Dan sungguh bahagia jika seorang hamba diberi panjang umur, lalu Allah mengaruniakan taubat kepadanya." (Hadits ini hasan juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Id bin Hamid juga disebutkan oleh Al Haitsami di dalam kitab Majma' Az Zawa'id)
Hakikat Kematian
Manusia adalah makhluk dan sudah menjadi kodrat bagi makhluk memiliki sifat fana dengan rangkaian prosesnya seperti lahir, tumbuh, dewasa, menua, kemudian mati.
Maka menurut ulama mati bukan sekedar ketiadaan atau kebinasaan belaka, karena sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa mati itu terpisahnya ruh dengan tubuh, dan kematian adalah termasuk musibah.
Di dalam Al Qur-an surat Al Maidah ayat 106 Allah berfirman:
فَأَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةُ المَوت
"Lalu kamu ditimpa musibah kematian."
Maka jelas bahwa kematian itu termasuk musibah terbesar karena dengan mati berarti ruh meninggalkan alam dunia, memasuki perbatasan antara akhirat dengan alam dunia, alam barzah adalah alam menuju alam akhirat menunggu datangnya hari kiamat, dan alam barzah yang menjawab baik atau buruknya tempat seseorang di akhirat kelak.
Dengan melihat kematian oranglain, apalagi sampai mengantarkan jenazah sampai ke pemakaman untuk dikebumikan, ada pembelajaran bagi mereka yang berfikir.
Maka menjadi peringatan bagi semua yang masih hidup, bahwa hidup itu singkat dan akhirat itu kekal dimana ada hari penghisaban yakni pertanggung jawaban manusia dihadapan Allah atas segala perbuatannya selama ia hidup di dunia.
Dalam sebuah khobar, Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Andaikan binatang ternak mengerti dari kematian sebagaimana yang kamu ketahui, niscaya tidak akan ada seekor binatang yang gemuk yang bisa kamu makan." (Hadits ini tergolong dho'if sekali: Dho'if Al Jami' dan Adh Dho'ifah karya Al Bani)
Dari hadits di atas bisa kita fahami bahwa saking mengerikannya kematian, sehingga jika manusia dapat menyaksikan atau mendengar mereka yang sedang berada di alam kubur sebagaimana binatang yang bisa mendengar kejadian di alam kubur, niscaya ia akan meninggalkan segala kelezatan duniawi kemudian memperbanyak amal ibadahnya sebagai bekal untuk menghadapi kematian.
Menginginkan mati apalagi sampai nekat bunuh diri adalah hal yang terbodoh yang dilakukan oleh seseorang, karena setelah mati manusia akan menghadapi kengerian di alam barzah, kecuali mereka yang sudah mempersiapkan kematiannya di dunia dengan amal shaleh dan mendapatkan ridho dari Allah.
Kematian Datang Tiba-tiba Tanpa Diminta
Di dalam kitabnya, Imam Qurtubi juga menyebutkan sebuah riwayat tentang ada seorang badui yang berjalan dengan menunggangi seekor unta, namun tiba-tiba untanya tersebut jatuh tersungkur dan mati.
Orang badui tersebut turun dari punggung untanya yang mati itu, kemudian mengitari untanya sambil berkata-kata:
"Kenapa kamu tidak berdiri?
Kenapa tidak mau bangkit?
Anggota tubuhmu masih lengkap dan seluruh alat indramu masih utuh, tapi mengapa??
Apa yang membuatmu begini?
Apa yang menjadikanmu tidak bisa berdiri dan apa yang membuatmu sekarang tersungkur?
Dan apa yang membuatmu sekarang tidak bisa bergerak?"
Akhirnya unta yang sudah sudah mati itu pun ditinggalkannya. Dia pulang sambil tetap terheran-heran memikirkan kejadian itu.
Pesan yang disampaikan dari riwayat di atas adalah sekuat apapun seseorang, segagah dan setangguh apapun tubuh seseorang sesungguhnya tidak ada artinya ketika ruh lepas dari tubuh artinya ketika datang kematian.
Kematian tidak harus ditandai dengan gejala seperti sakit atau didzholimi dengan disiksa, diracun atau dibunuh, tapi kematian itu kehendak Allah. Ia datang tanpa mengenal waktu, tempat dan keadaan. Kematian bisa datang dengan tiba-tiba.
Sehingga penting bagi seorang muslim yang mu'min agar memohon dengan berdo'a kepada Allah ketika datang kematian dalam keadaan husnul khotimah yakni mati dalam keadaan iman.
Tiga Golongan Orang yang Menginginkan Kematian
Dari Sahal bin Abdullah At Tirtusi, beliau berkata: "Tidak ada yang menginginkan mati kecuali tiga golongan orang yang tidak menyadari tentang hal-hal yang akan terjadi setelah mati, atau orang yang lari dari takdir-takdir Allah yang telah dititipkan pada dirinya, atau orang yang rindu dan yang ingin bertemu dengan Allah Azza wa jalla."
Dari tiga golongan orang yang menginginkan kematian yang disebutkan syekh Sahal bin Abdullah At Turtusi, golongan pertama dan yang kedua adalah yang dilarang oleh agama menginginkan mati karena sama saja bagi mereka tidak mensyukuri hidup yang Allah berikan dengan memperbanyak amal ibadah.
Sedangkan golongan yang ke tiga adalah mereka para ahli Allah orang-orang yang ta'at dan sudah wushul kepada Allah seperti para anbiya dan wali-walinya Allah, keinginan mati mereka bukan karena mengeluhkan kehidupan dunia.
Mereka para ahli Allah sudah merasakan lezatnya ibadah di dunia namun mereka tidak bisa mengobati kerinduannya yaitu bertemu dengan Allah Azza wajalla dengan jalan dimatikan oleh Allah, karena bagi mereka keni'matan dunia itu tidak ada artinya sedangkan bertemu dengan Allah adalah hal yang paling ni'mat dan tak ada bandingannya.
Ada riwayat yang mengatakan, bahwa ketika malaikat maut datang kepada nabi Ibrohim yang bergelar Kholil Arrohman, untuk mencabut nyawanya. Beliau berkata, "Hai malaikat maut, pernahkah kamu melihat seorang kekasih mencabut nyawa kekasihnya?"
Atas pertanyaan tersebut malaikat maut bergegas menemui Allah. Kemudian Allah berfirman kepadanya, "Katakanlah kepadanya, pernahkah kamu melihat seorang kekasih yang tidak ingin bertemu dengan kekasihnya?"
Malaikat maut pun kembali menemui nabi Ibrohim, dan kali ini beliau berkata, "Cabutlah nyawaku sekarang juga."
Abu Darda rodhiyallahu 'anhu berkata: "Tidak seorang pun yang beriman, kecuali dia meyakini bahwa mati adalah lebih baik baginya. Barang siapa yang tidak percaya ucapanku, sesungguhnya Allah ta'ala berfirman:
"Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman." (Ali Imran: 198)
Kemudian Allah juga berfirman:
"Dan janganlah sekali-kali orang kafir itu menyangka, bahwa pemberian tangguh kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka." (Ali Imran: 178)
Senada dengan perkataan Hayan bin Al Aswad: "Mati adalah jembatan yang mengantarkan seorang kekasih kepada kekasihnya."
Orang yang beriman (mu'min) yang disebutkan oleh Abu Darda adalah orang-orang yang tho'at yakni para kekasih Allah, bukan seorang muslim yang fasik yang mengaku beriman tapi enggan melaksanakan tho'at.
Dan bagi mereka yang kafir Allah memberi peringatan agar jangan berfikir bahwa kehidupan mereka di dunia itu lebih baik karena bagi mereka oleh Allah diberikan penangguhan dengan terombang ambing dalam kesesatan.
Orang kafir oleh Allah diserahkan sepenuhnya kepada setan, dalam artian bagi mereka tidak diberikan petunjuk, tapi dimanjakan oleh setan dengan kemewahan dunia dan disibukan dengannya, sehingga tidak ada keberkahan atas harta mereka maupun kehidupan mereka.
Dan mereka mengira bahwa dengan mati maka terputuslah permasalahan dunia tanpa ada pertanggung jawaban yang menuntut mereka di akhirat.
Penutup
Bagi tiap-tiap mu'min harus membenarkan bahwa kehidupan setelah kematian itu benar adanya dan akan dimintai pertanggung jawaban kelak di mahsyar. Sehingga waktu yang dia jalani selagi hidup dimanfaatkan untuk beribadah kepada Allah dengan jalan yang sesuai dengan maqom bagi tiap-tiap mu'min.
Karena kematian itu bencana bagi orang-orang yang tidak mempersiapkan bekal agar selamat di alam barzah maupun di alam akhirat kelak. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bishowab.
Post a Comment for "Larangan Menginginkan Mati dan Berdoa Memintanya | Kitab At Tadzkirah Al Qurthubi"
Silahkan tinggalkan komentar tanpa menyertakan link