Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Pentingnya Mengingat Mati dan Bersiap-siap Untuknya

Pentingnya Mengingat Mati dan Bersiap-siap Untuknya

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Mengingat Kematian

Mati adalah perkara yang pasti terjadi yang menimpa manusia, sebagai ketetapan dari Allah yang tidak bisa ditolak oleh siapapun dan oleh apapun karena mati termasuk kehendak dari Allah, Dzat yang memiliki nama Al Jabbar yakni Dzat yang memiliki kehendak yang tidak bisa ditolak.

Siap tidak siap, suka tidak suka, mau tidak mau, manusia tak bisa mengelak ketika azal menjemput yakni mati. Maka penting bagi seorang mukmin mempersiapkan bekal sebelum datangnya kematian yakni dengan memperbanyak amal sholih.

Melanjutkan bahasan tentang bab kematian di dalam kitab At Tadzkiroh, kali ini mualif yakni Imam Qurtubi menukil hadits dari Imam An Nasa'i, beliau meriwayatkan dari Abu Hurairoh Rodhiyallahu Anhu berkata, bahwa Rosulullah Sholallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

"Sering-seringlah kamu mengingat perkara yang memutus segala kelezatan." Maksudnya mati. (H.R. Ibnu Majah dan At Tirmidzi)

Al Hafizh Ibu Nu'aim telah mentakhrij dengan isnadnya dari Malik bin Anas dari Yahya bin Sa'id dari Sa'id bin Musayyib dari Umar bin Al Khothob beliau berkata bahwa Rosulullah Sholallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

"Sering-seringlah kamu mengingat perkara yang memutus kelezatan. Kami bertanya, wahai Rosulullah apa yang memutus segala kelezatan itu? Beliau menjawab "mati".

Selain kedua hadits di atas juga ada hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar yang menyebutkan bahwa orang yang cerdik itu ialah orang yang banyak mengingat mati dan baik persiapannya untuk kehidupan setelah kematian. (Ibnu Majah)

Kemudian juga ada hadits yang diriwayatkan oleh Syaddad bin Aus, Nabi Sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Orang yang cerdik ialah orang yang menaklukan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Dan orang yang tolol adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya, tapi menginginkan (ampunan) Allah. (At Tirmidzi)

Kemudian juga diriwayatkan oleh Anas beliau berkata. Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Sering-seringlah kamu mengingat mati, karena mengingat mati itu memebersihkan dosa-dosa dan membuat zuhud terhadap dunia."

Rosulullah juga bersabda:

"Cukuplah mati itu menjadi penasehat dan cukuplah maut itu jadi pemisah."


Orang yang Mengingat Mati Kelak Dikumpulkan Bersama Para Syuhada

Rosulullah pernah ditanya, "Adakah seseorang yang dihimpun bersama para syuhada?" Beliau menjawab, "Ya orang yang mengingat mati dalam sehari semalam sebanyak duapuluh kali."

As Suddi berpendapat tentang firman Allah: "Yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang baik amalnya." (Al Mulk: 21). Menurut beliau orang yang baik amalnya itu maksudnya adalah orang yang paling banyak mengingat mati, paling baik persiapannya dan paling takut dan berhati-hati untuk menghadapinya.


Mengingat Perkara yang Memutus Segala Kelezatan

Dari hadits yang disebutkan di atas, bahwa Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam berwasiat kepada seluruh umatnya agar selalu mengingat perkara yang memutus segala kelezatan, maka dalam hal ini ulama berpendapat bahwa apa yang disampaikan oleh Rosulullah sangat padat dan ringkas, memuat segala macam peringatan dan merupakan nasehat yang sangat ampuh.

Karena orang yang mengingat mati dengan sebenar-benarnya akan menyudahi segala kelezatan yang sedang dia nikmati dan tidak lagi menginginkannya di masa mendatang, serta membuatnya zuhud terhadap kelezatan apapun yang pernah diidam-idamkannya.

Tetapi jiwa yang beku hati yang lalai tampak masih memerlukan nasehat panjang-lebar dan kata-kata menarik. Kalau tidak, maka sabda Nabi di atas ditambah firman Allah "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." (Ali Imran: 185), niscaya sudah cukup bagi siapapun yang mendengarnya dan memikirkannya."

Oleh karena itu Amiril Mu'minin sayidina Umar bin Khothob rodhiyallahu 'anhu seringkali menyenandungkan bait-bait dan mengambil hikmah dari syair berikut:

Segala apa yang kamu temui
Tak satu tetap cerah berseri
Hanya Allah kekal abadi
Harta dan anak musnah pasti

Suatu hari gudang-gudang Hurmuz juga
Takan berguna untuk semua
Bahkan 'Ad dahulu kala berusaha
Untuk kekal, tidak bisa

Tidak juga Sulaiman, nabi dan raja
Meski angin turuti perintahnya
Bahkan manusia dan jin terpedaya
Tunduk bersimpuh dihadapannya

Adakah jua raja-raja
Yang karena kejayaannya
Para delegasi datang menghormatinya
Dari segala penjuru dunia?

Justru di sanalah sebuah telaga
Yang bakal didatangi, tanpa dusta
Suatu hari kitapun tiba
Sebagaimana mereka pula.

Hikmah Mengingat Mati

Setelah memahami benar apa yang dipaparkan oleh Imam Qurtubi di dalam kitab At Tadzkiroh sebagaimana dituliskan di atas, maka ketahuilah bahwa mati itu mendatangkan hikmah yang banyak.

Dengan mengingat mati, maka timbul rasa gelisah atas dunia yang fana ini, kemudian mengarah kepada negri keabadian yaitu akhirat pada setiap detiknya.

Selain itu, bahwa manusia itu tidak lepas dari dua keadaan yaitu keadaan sempit dan lapang. Jika dia dalam keadaan sempit dan sedang mendapat bencana, maka dengan mengingat mati menjadikannya menjadi terasa ringan menghadapinya.

Dengan mengingat mati kita jadi menyadari bahwa kehidupan di dunia ini adalah fana. Seberat-beratnya cobaan hidup tidak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang akan manusia hadapi ketika dimintai pertanggung jawabannya ketika di akhirat nanti.

Atau jika seseorang dalam keadaan nikmat dan lapang, maka mengingat mati itu akan menghilangkan kesombongan atau terpedaya oleh kenikmatan duniawi yang sifatnya hanya sementara, karena semuanya sesungguhnya dari Allah, milik Allah dan kembali pada-Nya.

Betapa indah untaian syair yang menyebutkan:

Ingatlah mati
Pemutus kelezatan, dan bersiaplah
Tiada engkau berdaya
Kapan saja dia pasti akan tiba
Mengingat mati
Pinterest

Hikayat

Sebagai bahan renungan agar setiap orang selalu mengingat mati, maka di dalam kitabnya mu'alif juga menuliskan beberapa hikayat diantaranya tentang orang saleh yang setiap malamnya diatas pagar di sebuah kota, dia selalu menyerukan kata "Ayo berangkat, ayo berangkat!"

Singkat cerita ketika orang tersebut meninggal kemudian walikota daerah itu merasa kehilangan suaranya, maka dia menanyakan kemana orang tersebut perginya. Seseorang menjawab "Dia sudah mati." Maka berkatalah walikota itu:

Maka keberangkatanpun menjemputnya
Dalam keadaan sadar dan siap siaga
Itulah kesiapan penuh tertata
Tidak lalai akan cita

Kemudian dalam hikayat lain, Yazid Ar Roqosyi pernah berkata kepada dirinya sendiri, "Celaka kau wahai Yazid! Siapakah yang akan membayar hutang sholatmu setelah kau mati? Siapakah yang akan membayar hutang puasamu setelah kau mati? Siapakah yang akan memintakan untukmu keridho'an tuhan-Mu setelah kau mati?

Kemudian dia pula yang menjawab pertanyaannya itu, "Hai manusia, tidakkah kalian berteriak dan menangisi dirimu pada sisa hidupmu? Barangsiapa dikejar oleh kematiannya, dan kuburan bakal menjadi rumahnya, debu sebagai tikarnya, dan cacing-cacing menjadi teman akrabnya, bagaimana mungkin hanya terpaku menunggu kejutan terbesar itu (mati)?" Kemudian dia menangis sampai jatuh pingsan.

Kemudian At Taimi juga pernah berkata, "Ada dua hal yang memutus kelezatan dunia dariku, yaitu mengingat mati dan mengingat bagaimana aku berdiri kelak dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala."

Begitu pula Umar bin Abdul Aziz rodhiyallahu 'anhu pernah mengumpulkan ulama. Mereka saling mengingatkan mati, kiamat dan akhirat. Lalu mereka menangis seakan-akan jenazah hadir di hadapan mereka.

Abu Nu'aim pernah berkata, "Apabila Ats Tsauri ingat akan mati, maka selama berhari-hari ia tidak mengajar, dan jika ditanya tentang sesuatu, maka jawabnya "entahlah, entahlah!".

Asbath juga pernah berkata, pernah ada seseorang yang disebut-sebut namanya di sisi Nabi Sholallahu 'Alaihi wa Sallam, dan memujinya. Maka Nabi bertanya, "Bagaimana cara dia mengingat mati?" Tidak ada satupun sahabat yang menjawab, "Dia tidak seperti yang kalian katakan."

Maksudnya, orang yang dipuji-puji dihadapan nabi oleh sahabat itu tidaklah sesuai dengan anggapan para sahabat. Bahwasanya Rosulullah lebih tahu orang yang seperti apa yang dicintai oleh Allah, diantaranya yaitu orang yang sering mengingat mati.

Karena orang yang benar-benar ingat mati, maka orang tersebut akan memperbaiki dirinya sendiri, memperbaiki hubungannya dengan sesama dan memperbaiki hubungannya dengan Allah. Dari semuanya itu yang ia harapkan adalah ridhonya Allah bukan ingin dipandang oleh makhluk.


Keutamaan Mengingat Mati dan Balasan Bagi yang Melupakannya

Ad Daqqoq pernah berkata, "Barangsiapa sering mengingat mati, maka dia diberi tiga macam kemuliaan yaitu segera bertobat, kepuasan hati dan semangat beribadah. Dan barangsiapa melupakan mati, dia diberi tiga macam balasan yaitu menunda tobat, tidak rela menerima rizki yang cukup dan malas beribadah."

Wahai orang yang terpedaya dan melupakan kematian dan sakarotul maut, yang sulit dan pahit direguk. Fikirkan tentang kematian, sebuah janji yang pasti ditepati, sebuah hakim yang sangat adil.

Begitu lebar nganga hati yang dilukai maut, dan begitu kering airmata yang dikurasnya. Dia pisahkan orang-orang yang berhimpun, dia putuskan segala kelezatan, dan dia patahkan segala angan-angan.

Maka tidakkah kamu berfikir, wahai anak Adam, saat kamu terbujur kaku, kemana harus berpindah?

Ingatlah saat kamu nanti harus dipindahkan dari tempat yang lapang ke lubang yang sempit, dan teman-temanmu serta sahabat-sahabatmu tak sudi lagi menemanimu. Juga saudara-saudara serta kawan-kawanmu semua pergi meninggalkanmu.

Sementara kamu diangkat dari selimutmu yang lembut, kamu dimasukkan kedalam kain pembungkus, lalu mereka tutup rapat-rapat dengan debu dan tanah, sebagai pengganti tempat tidur dan kasurmu yang empuk.

Wahai para pengumpul harta! Wahai orang-orang yang giat membangun gedung-gedung megah perkasa! Demi Allah kamu saat itu tidak punya harta apapun, kecuali kain kapan. Bahkan demi Allah, kain kapan yang secarik itupun sebentar kemudian hancur dan musnah.

Tubuhmu akan menjadi debu dan kembali ke asalnya, dimanakah harta yang selama ini kalian kumpulkan? Dapatkah harta itu menyelamatkanmu dari bencana yang mengerikan itu (mati)?

Tidak. Bahkan semuanya telah kalian tinggalkan untuk orang-orang yang tidak tentu memujimu. Sementara, kamu datang membawa dosa-dosamu kepada tuhan yang tidak lagi menerima alasanmu. Tidak ingatkah firman Allah Ta'ala yang menyebutkan:


وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ‌
"Dan carilah dengan apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu negri akhirat." (Al Qoshosh: 77)

Sungguh benar orang yang berkata, ketika menafsirkan firman di atas, "Carilah dengan dunia yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, negri akhirat, yaitu surga." Karena sudah wajib bagi seorang mu'min mengelola dunia ini untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya kelak di akhirat.

Dunia ini diibaratkan ladang untuk bercocok tanam, maka bercocok tanamlah sesuatu yang membuahkan manfaat, dan akhirat adalah tempat kita memetik hasil dari apa yang kita tanam di dunia.

Setiap orang Allah anugerahkan kedudukan yang berbeda-beda dan peran yang berbeda-beda di dunia, namun memiliki kesamaan tujuan yaitu beribadah hanya kepada Allah agar selamat di akhirat dengan jalan yang sesuai dengan kapasitas masing-masing individu.

Manusia hidup di dunia bukan sekedar makan dan buang hajat, atau bermegah-megahan dan berbuat aniaya. Seakan-akan menyampaikan pesan, "Jangan lupa, kamu akan meninggalkan semua hartamu, kecuali yang menjadi jatahmu saja, yaitu kain kafan.

Senada dengan apa yang disebutkan di atas, ada sebuah sya'ir yang menyebutkan:

Jatahmu dari yang dikumpulkan semua
Sepanjang hidupmu di dunia
Hanyalah dua carik kain sederhana
Pembungkus tubuh dan daun bidara

Dan sya'ir yang lain juga menyebutkan:

Sifat qona'ah sajalah
Jangan inginkan gantinya
Padanya terdapat keni'matan
Padanya ketentraman badan

Lihatlah pemilik segala harta
Dia pergi meninggalkan dunia
Tak ada yang dibawa
Selain kapas dan pembungkus jasadnya

Si Cerdik dan Si Tolol

Nabi Sholallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

اَلكَيِّسُ مِنْ دَانِ نَفْسِهِ
"Orang yang cerdik adalah orang yang menaklukan dirinya."

Kata "Daana" pada hadits diatas, ulama ada yang mengartikan menghitung, dan ada pula yang mengatakan, menaklukkan. Seperti pendapatnya Abu Ubaid, beliau berkata, "Daana nafsahu" artinya menakklukan dirinya dan memperbudaknya. Jika orang berkata "Dintuhu-Adiinuhu" artinya, aku menaklukannya.

Jadi arti hadits di atas, bahwa orang yang cerdik itu orang yang bisa menaklukkan dirinya sehingga mau beribadah kepada Allah, sebagai upaya mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan setelah mati dan bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Adapun yang mengartikan kata "daana" itu menghitung, maksudnya adalah orang itu menghitung-hitung dirinya, apa saja yang telah dia lalaikan dalam usianya, dan bersiap-siap untuk menghadapi kesudahan hidupnya.

Persiapan untuk menghadapi mati yaitu seperti beramal saleh, dan berupaya melepaskan diri dari kesalahan-kesalahannya di masalalu, serta dzikir dan ta'at kepada Allah dalam segala perilakunya. Inilah bekal yang sebenarnya untuk menyongsong kematian.

Adapun orang yang tolol adalah lawan dari cerdik. Orang yang cerdik disebut "Al Kayis" dan orang tolol disebut Al Ajiz yakni orang yang lalai mengurus segala urusannya.

Orang tolol yang dimaksud di sini adalah orang yang lalai menjalankan perintah Allah, bahkan memperturutkan syahwatnya untuk melakukan dosa, namun dia mengharapkan ampunan dari Allah.

Menanggapi orang-orang yang lalai, mualif mengutif pendapat syekh Al Hasan Al Bashri yang mengemukakan. "Sesungguhnya ada suatu kaum yang lalai dikarenakan angan-angan mereka, sampai mereka keluar dari dunia ini tanpa memiliki satu pun kebaikan, lalu salah seorang dari mereka berkata, 'sesungguhnya aku berbaik sangka kepada tuhanku' padahal sesungguhnya ungkapannya itu dusta. Sebab seandainya memang berbaik sangka tentu dia melakukan amal yang baik."

Kemudian Al Hasan Al Bashri juga menyebutkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:


وَذٰلِكُمۡ ظَنُّكُمُ الَّذِىۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّكُمۡ اَرۡدٰٮكُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ مِّنَ الۡخٰسِرِيۡنَ
"Dan yang demikian itu prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap tuhanmu. Prasangka itu telah membinasakanmu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (Fushilat ayat 23)

Said bin Jabir menjelaskan, "Yang dimaksud terpedaya dengan Allah maksudnya, bahwa seseorang terus menerus melakukan maksiat, tapi mengharapkan ampunan dari Allah."

Mengenai hal ini, Baqiyah bin Al Walid bercerita, Abu Umair Ash Shuri pernah menulis surat kepada salah seorang saudaranya; "Amma ba'du, sesungguhnya kamu telah mengangan-angankan dunia dengan berharap usiamu panjang, dan menginginkan agar Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi segala cita-cita dengan perbuatanmu yang buruk. Sebenarnya kamu hanyalah menempa besi yang dingin. Wasallam."


Penutup

Dari apa yang disampaikan oleh mu'alif yakni Imam Qurtubi di dalam kitab At Tadzkirohnya, semoga menjadi pengingat bahwa kematian itu bisa datang kapan saja dan tanpa melihat usia, namun semoga ketika kematian datang menjemput, kita dalam keadaan beriman, mati husnul khotimah. Amiin...

Wallahu a'lam bishowab.

Buka Komentar

Post a Comment for "Pentingnya Mengingat Mati dan Bersiap-siap Untuknya"