Cabang Iman Ke 8 Hari Pembangkitan, Padang Mahsyar dan Shirot
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Cabang Iman Ke 8 Iman Kepada Hari Pembangkitan
Cabang iman yang seluruhnya berjumlah 77, diantaranya yaitu beriman bahwa manusia (makhluk) kelak semuanya akan digiring setelah dibangkitkan, dan tersebar mereka itu di padang Mahsyar yakni Maukif, tempat berdirinya seluruh manusia dengan kondisi panas terik dan terkatung-katung menunggu putusan dari Allah.
Kejadian ini akan terjadi setelah Allah memusnahkan seluruh alam ketika kiamat, kemudian Allah membangkitkan kembali seluruh manusia maupun jin, untuk diproses mempertanggung jawabkan perbuatannya selama di dunia.
Maukif
Maukif atau Mahsyar adalah padang lapang berwarna putih yang sangat luas dan datar. Permukaan Maukif tidak ditemukan bergelombang, tidak ada dataran tinggi dan tidak berbukit dimana manusia bisa bersembunyi di belakangnya.
Di Maukif juga tidak ada jurang yang merundukkan seseorang dari pandangan mata untuk bersembunyi, bahkan dia itu adalah suatu dataran yang terbentang yang tidak ada batasnya. Semua manusia dari zaman nabi Adam sampai akhir zaman digiring, dikumpulkan di Maukif dengan bergerombol.
Kemudian martabat/kedudukan orang-orang di Mahsyar itu beragam. Maka diantara mereka ada yang menaiki tunggangan (kendaraan), mereka adalah orang yang bertaqwa. Diantara mereka juga ada yang berjalan kaki, mereka adalah orang yang sedikit amalnya. Bahkan ada yang berjalan dengan mukanya, mereka adalah orang-orang kafir.
Tujuh Golongan Umat Rosulullah yang Selamat Ketika Menyebrangi Shirot
Dari Maukif kemudian manusia akan digiring lagi, ada yang ke surga ada juga yang ke neraka, menyebrangi shirot. Adapun umat Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam yang menyebrangi shirot terbagi menjadi tujuh golongan, yaitu :
- Orang sidiq yaitu orang yang benar ucapan dan perbuatannya, bukan orang munafik.
- Orang 'alim yaitu orang yang banyak ilmunya.
- Para wali abdal.
- Para syuhada.
- Orang yang mati saat berhaji.
- Orang yang ta'at.
- Orang yang maksiat.
Adapun mereka orang-orang yang siddiq, ketika menyebrangi shirot seperti kilat yang menyambar, sangat cepat. Sedangkan orang 'alim ketika menyebrangi shirot seperti tiupan angin, lebih lambat daripada kilat.
Dari dua golongan ini kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa orang-orang yang sidiq itu lebih utama daripada orang 'alim, karena orang sidiqlah yang mengamalkan ilmu, bukan sekedar menyampaikan sebatas teori. Karena memang, dengan berilmu, seseorang belum tentu bisa mengamalkan ilmunya.
Kemudian, adapun wali abdal, ketika menyebrangi shirot, secepat burung yang terbang dalam satu waktu yang pendek. Sedangkan orang yang mati syahid, ketika menyebrangi shirot secepat kuda balapan yang lamanya separuh siang.
Sedangkan orang yang mati ketika melaksanakan haji, ketika menyebrangi shirot, seperti orang yang berjalan seharian penuh. Dan bagi mereka orang-orang yang ta'at, ketika menyebrangi shirot seperti berjalan selama satu bulan.
Lebih lambat lagi orang mu'min yang suka melakukan maksiat, ketika menyebrangi shirot dia berjalan sambil membawa beban dosa yang dipikulnya di atas punggung.
Ketika orang mu'min yang berjalan menyebrangi shirot sambil memikul dosanya ini, maka disambut oleh api neraka, namun ketika neraka jahanam melihat cahaya iman di hati mereka, ia berkata, "Lewatlah wahai orang mu'min, karena sesungguhnya cahaya imanmu itu memadamkan kobaran apiku." Demikian kata Syekh Muhammad Al Hamdani.
Shirot merupakan jembatan yang membentang diatas api neraka jahanam, dimana manusia berjalan di atasnya menuju surga. Jika mereka selamat ketika menyebrang, maka surga adalah tempat peristirahatan terakhir mereka. Namun bila mereka celaka, maka nerakalah tempat bagi mereka.
Keadaan Manusia Ketika di Mahsyar
Di Mahsyar semua makhluk terlihat pucat wajahnya, dan malu karena amal jeleknya dibeberkan dihadapan Allah Ta'ala. Setiap orang akan sibuk dengan urusannya sendiri, dan bercampurnya orang-orang di sana seperti belalang yang tersebar.
Di Mahsyar, sebagian dari mereka ada yang saling melihat dan bertemu dengan saudaranya, mereka saling kenal, namun mereka tidak saling sapa. Mereka itulah orang-orang yang tidak memakai penutup kepala, bahkan tanpa pakaian juga tanpa alas kaki.
Kejadian tersebut sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam, di dalam sabdanya:
يُبْعَثُ النَّاسُ حُفَاةً عُرَاةً غَرْلًا قَدْ اَلجَمَهُمُ العِرْقُ وَبَلَغَ شُحُوْمَ الآذَنِ
"Dibangkitkan manusia dalam keadaan tanpa penutup kepala, telanjang, tidak dikhitan. Sungguh mereka itu diliputi oleh keringat, dan keringat tersebut sampai ke daun telinga."
Dari hadits ini menjelaskan, bahwa kelak di Mahsyar ada orang yang tanpa mengenakan penutup kepala, telanjang tanpa mengenakan alas kaki, kemudian dia tenggelam oleh keringatnya sendiri sedalam batas daun telinga. Menunjukan bahwa keadaan di Mahsyar sangat terik.
Ulama menyebutkan bahwa keadaan di Mahsyar teramat sangat terik, dimana jarak antara matahari dengan kepala orang-orang yang berada di Mahsyar itu sangat dekat, maka tidak terbayangkan kengeriannya, disaat panas terik, seseorang tanpa penutup kepala, telanjang bulat juga tanpa memakai alas kaki. Na'udzu billahi min dzalik.
Syafa'atul Udzma
Ulama menjelaskan bahwa tidak ada hal yang paling mencekam yang dialami manusia ketika di Mahsyar, kecuali ketika mereka diacuhkan oleh Allah. Saking murkanya Allah sehingga manusia dibiarkan tanpa diberikan keputusan dalam masa yang sangat lama.
Tidak hanya manusia biasa, bahkan para Nabi pun merasakan ketakutan akan murkanya Allah. Manusia terkatung-katung di Mahsyar, sehingga segolongan dari mereka berduyun-duyun mendatangi para Nabi, dimulai dari nabi Adam, untuk memintakan kepada Allah agar segera menjatuhkan keputusan kepada mereka.
Dari nabi Adam sampai nabi Isa 'Alaihis Salam tidak ada yang berani menghadap Allah untuk memintakan syafaat atas mereka. Tapi melalui saran dari nabi Isa kepada mereka, maka mereka semua mendatangi Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam. Nabi Isa menjelaskan bahwa Rosulullah lah yang membuka tali simpul yang membelenggu kebingungan mereka.
Sebagaimana kita ketahui dari penjelasan ulama, bahwa kelak Rosulullah memohon kepada Allah, meminta syafa'at agar disegerakannya keputusan atas manusia. Kemudian Allah mengabulkan permintaan Rosulullah, dan menghendaki agar Rosulullah lah yang memberikan syafa'at langsung.
Maka dengan syafa'atul udzma dari Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam, semua manusia tertolong, dengan digelarnya pengadilan melalui hisab dan timbangan amal pada mizan untuk memutuskan nasib mereka, apakah masuk neraka ataukah masuk surga?
Penutup
Dari apa yang disebutkan oleh Syekh Nawawi Al Bantani di dalam kitabnya, tentang cabang iman yang ke delapan, maka sudah seharusnya bagi tiap-tiap mu'min percaya bahwa hari pembangkitan setelah kiamat itu benar adanya, dan percaya tentang adanya Mahsyar.
Sehingga dengan demikian timbul rasa takut di hati kita akan murka Allah, untuk menjauhkan diri kita dari maksiat. Karena keni'matan yang dirasakan ketika bermaksiat itu tidak sepadan dengan balasannya yang amat sangat pedih ketika di Mahsyar. Wallahu a'lam bishowab.
Post a Comment for "Cabang Iman Ke 8 Hari Pembangkitan, Padang Mahsyar dan Shirot"
Silahkan tinggalkan komentar tanpa menyertakan link