Kejadian yang Mengiringi Proses Kematian
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Proses Kematian
Ada beberapa kejadian yang dijelaskan oleh Imam Qurthubi di dalam kitab At Tadzkirah, yang menimpa manusia yang mengiringi proses kematiannya. Diantaranya yaitu kehadiran setan yang masih saja mencoba menjerumuskan manusia agar murtad ketika meninggal, kemudian ucapan-ucapan aneh dari seseorang yang akan meninggal dan lain-lain.
Kehadiran Setan di Sisi Orang yang Menghadapi Kematian
Di dalam kitab Syarah Risalah Ibni Abi Zaid, Abu Al Hasan Al Qobisi menyebutkan, bahwa Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya apabila seseorang hendak meninggal dunia, maka duduklah di sisinya dua setan. Yang satu berada di sebelah kanannya, dan yang lain ada di sebelah kirinya. Setan yang di sebelah kanan berwujud seperti ayah dari orang yang akan meninggal itu, dia berkata kepadanya; 'Hai anakku, sesungguhnya aku dulu adalah orang yang sangat menyayangi dan mencintai kamu, tetapi matilah kamu dalam agama Nasrani, karena agama Nasrani ternyata adalah agama yang terbaik.'
Adapun setan di sebelah kirinya berwujud seperti ibunya, dia berkata kepadanya, 'Hai anakku, dulu perutku telah mengandung kamu, payudaraku telah memberi kamu minum, dan pahaku telah menjadi pangkuanmu, tapi matilah kamu dalam agama Yahudi, karena agama Yahudi ternyata adalah agama yang terbaik."
Terlepas dari Shohih atau tidaknya hadits ini, dho'if ataukah maudhu. Imam Qurthubi memberikan gambaran tentang kejadian yang mengiringi proses kematian, melalui penjelasan ulama terdahulu, seperti Imam As Suyuti yang juga menyebutkan hadits ini, yang menceritakan, bahwa pada saat manusia akan menghembuskan nafasnya yang terakhir pun, setan tidak berhenti menjerumuskan manusia agar mati dengan su'ul khotimah.
Ketika nyawa telah berada di tenggorokan, dan nafas menyesak ke atas, maka datanglah cobaan dan ujian yang mengiringi proses kematian seseorang. Hal itu karena sebelumnya Iblis mengirim para pembantunya khusus kepada orang tersebut, Iblis menyuruh dan tugasi para pembantunya untuk menemani orang tersebut.
Pada saat itulah setan mengerubungi orang yang sedang menghadapi kematiannya, mereka menjelma menjadi kedua orangtua orang yang sedang sakaratul maut. Setan tahu persis bahwa manusia akan menuruti keinginan kedua orangtuanya, dan di saat-saat seperti inilah saat yang paling dramatis untuk mengecoh keimanan di hati manusia.
Tak hanya menjelma menjadi orangtua, terkadang setan juga menjelma menjadi orang-orang terdekat yang ia kenal yang sudah pergi mendahuluinya. Jika orang itu teguh imannya dan menolak ajakan mereka, maka datanglah yang lain menggoda dan menjerumuskannya, agar keluar dari agama Islam.
Imam Qurtubi berkata, semua itu tergantung apa yang dikehendaki Allah, jika Allah menghendaki agar setan berhasil menjerumuskannya, maka murtadlah orang tersebut, mati dengan su'ul khotimah. Namun jika Allah menghendaki diberikannya hidayah atas orang itu, maka selamatlah orang tersebut.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan, "(Mereka berdo'a) Ya Tuhan kami janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan, sesudah Engkau beri kami petunjuk, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisimu." (Ali Imron: 8).
Oleh mualif, Al Imam Al Qurthubi, ayat ini dimaknai; Jangan palingkan hati kami ketika kami menghadapi kematian, padahal sebelumnya Engkau telah memberi hidayah kepada kami sekian lamanya.
![]() |
Kehadiran Jibril di Sisi Orang yang Sedang Menghadapi Kematian
Sebagaimana disebutkan ayat di atas, bahwa hidayah itu datangnya dari sisi Allah, maka berarti tersesatnya manusia oleh setan juga karena kehendak Allah. Dan rahmat dari Allah bagi orang yang sedang menghadapi kematian adalah ketika hadirnya malaikat Jibril 'Alaihis Salam untuk mengusir setan.
Jibril yang menghapus kecemberutan di wajah orang yang sedang menghadapi kematian dengan membawa kabar gembira, sehingga orang tersebut meninggal dengan wajah yang terlihat tersenyum, maka berarti tersenyumnya wajah orang yang meniggal itu disebabkan oleh kabar gembira yang ia dapat dari malaikat Jibril.
Tidak ada hal yang lebih menggembirakan manusia yang sedang menghadapi kematiannya selain hadirnya malaikat Jibril. Setelah Jibril memberi kabar gembira kepada orang yang sedang sakaratul maut, maka barulah nyawa orang tersebut dicabut dengan satu hentakan.
Perlawanan Seorang yang Sedang Menghadapi Kematiannya Dari Bujukan Setan
Ketika Allah melidungi hamba-hamba-Nya dari bujuk rayu setan di saat sakaratul maut, maka sia-sialah usaha setan terhadap orang tersebut, karena orang tersebut menolak segala usaha yang dilancarkan oleh setan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hambal, beliau pernah mengatakan, "Aku menghadiri kematian ayahku, Ahmad. Di waktu itu tanganku memegang secarik kain untuk mengikat rambutnya. Tiba-tiba beliau tidak sadar, lalu sadar kembali seraya mengisyaratkan tangannya dan berkata, "Tidak, sampai kapanpun tidak! Tidak sampai kapanpun!""Beliau melakukan hal seperti itu berkali-kali, maka aku pun bertanya, "Wahai ayah, apa maksudmu?"
Beliau menjawab, "Sesungguhnya setan selalu berdiri di hadapanku, mencengkramku dengan ujung-ujung jarinya seraya berkata, 'Hai Ahmad, menurutlah kepadaku!' Tapi aku katakan kepadanya, 'Tidak, sampai kapanpun! Sampai kapanpun tidak! Tidak, sampai aku mati sekalipun!'
Imam Qurthubi sendiri menceritakan sebuah riwayat dari guru beliau, Al Imam Abu Al Abbas Ahmad bin Umar Al Qurthubi di benteng Iskandaria, bahwa beliau pernah berkata, "Aku pernah menyaksikan kematian saudara guru kami, Abu Ja'far bin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Al Qurthubi di Cordoba. Ketika dia menghadapi maut. Dikatakan kepadanya, 'Ucapkanlah la Ilaha illallah.' Tapi dia malah berkata, 'Tidak!'
Ketika dia sadar, kami ceritakan hal itu kepadanya. Maka dia pun menjelaskan, "Ada dua setan datang kepadaku dari arah kananku dan dari arah kiriku. Satu diantaranya berkata; Matilah dalam agama Yahudi, karena agama Yahudi, karena agama Yahudi adalah agama yang terbaik. Kemudian setan yang satu lagi berkata; Matilah dalam agama Nasrani, karena agama Nasrani adalah agama yang terbaik. Maka aku berkata kepada keduanya; Tidak, tidak!"
"Aku katakan kepada keduanya, "Kalian mengatakan hal seperti itu kepadaku? Padahal aku telah menulis dengan tanganku dalam kitab At Tirmidzi dan An Nasa'i, dari Nabi Sholallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya setan akan datang kepada salah seorang dari kamu sekalian, ketika dia akan meninggal, maka dia berkata; "Matilah dalam agama Yahudi, matilah dalam agama Nasrani." Jadi, ucapanku tadi adalah jawaban kepada kedua setan itu bukan kepada kalian."
Ada hal menarik yang diungkapkan Imam Qurthubi terkait hadits yang dikatakan Imam An Nasa'i yang disebutkan diatas. Beliau berkata, tidak menemukan hadits yang seperti itu, meski beliau pernah mendengar dari gurunya, dan dengan ketawadhuan beliau, beliau berkata, "Barangkali juga cerita seperti itu ada pada naskah-naskah yang lain. Hanya Allah yang Maha Mengetahui."
Sementara ada sebuah riwayat dari Ibnul Mubarok dan Sufyan, dari Laits, dari Mujahid, beliau berkata, "Tidak seorangpun yang akan mati, melainkan teman-teman sepergaulan yang biasa bergaul dengannya tampil di hadapannya. Jika dia orang yang suka berfoya-foya, maka yang datang adalah yang semisalnya. Apabila mereka adalah ahli dzikir, maka yang datang pun ahli dzikir pula."
Ucapan-ucapan Aneh Seseorang Menjelang Kematiannya
Seperti yang sudah disampaikan pada artikel sebelumnya bahwa keadaan sakaratul maut bisa terjadi berulang kali. Merasakan pingsan kemudian kembali tersadar sampai ia benar-benar telah menghembuskan nafas terakhirnya. Dan di dalamnya orang tersebut akan melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang di sekitarnya.
Di sini Imam Qurthubi menceritakan, bahwa di saat-saat seseorang akan meninggal, dia juga menampilkan memori di dalam otaknya tentang perkara yang pernah dia alami di masa lalu. Seperti cerita dari seorang ahli ibadah di Bashroh, Arrobi' bin Sabiroh bin Ma'bad Al Juhani.
Ada seorang pemuda, di saat-saat terakhir ia akan meninggal diajarkan/dituntun agar mengucap, "La Ilaha illallah." Tapi jawabannya malah, "Minumlah dan tuangkan lagi untukku." Ada juga seseorang ketika ditalqin, dia malah berkata, "Sepuluh, sebelas, duabelas." Rupanya dia adalah seorang pegawai yang semasa hidupnya disibukkan menghitung anggaran.
Ar Robi juga menambahkan kejadian lain, dimana ada seseorang yang ditalqin ketika ia akan meninggal, dia justru menyenandungkan puisi.
Hai siapakah itu wanitaYang suatu hari berkata
Sambil kelelahan terbata-bata
Manakah ke pemandian Minjab
Peristiwa ini dijelaskan penafsirannya oleh Al Faqih Abu Bakar Ahmad bin Sulaiman bin Al Hasan An Najad. Kemudian juga diperjelas oleh Abu Muhammad Abdul Haq dalam kitab Al 'Aqibah mengatakan:
Dulu, laki-laki itu pernah bertemu seorang wanita cantik yang meminta petunjuk jalan menuju ke tempat pemandian, tapi dia menipu wanita tersebut, dengan mengajak kerumahnya, dimana rumah tersebut jauh dari keramaian. Di dalam rumahnya laki-laki tersebut mempunyai niat busuk.
Sadar bahwa dia telah ditipu, maka si wanita tadi pura-pura menikmati suasana rumah dan berkata, "Alangkah baiknya jika ada sesuatu yang bisa kita ni'mati (makanan dan minuman) maka barangkali senanglah kita."
Laki-laki itu berkata, "Saat ini juga akan aku datangkan untukmu apa yang kamu suka dan yang kamu inginkan." Kemudian ia keluar berniat membeli sesuatu, namun lupa bahwa ia tidak mengunci pintu rumah saat meninggalkannya.
Saat laki-laki itu kembali ke rumahnya, ia merasa kesal campur sesal karena lupa mengunci pintu, sehingga wanita yang ia ajak tadi kabur meninggalkannya. Ternyata kejadian tersebut terus membekas dalam ingatannya karena seringnya dia mengingat kejadian itu dengan rasa kesal dan kegagalan karena tidak bisa memenuhi hasratnya, sampai-sampai ketika ajal datang menjemputnya yang ia ingat adalah kejadian tersebut
Sebenarnya ada banyak yang disebutkan oleh mu'alif tentang ucapan-ucapan aneh dari orang yang akan meninggal dunia, namun kami cukupkan dengan beberapa riwayat saja. Karena tanpa disebutkan pun kita pasti akan banyak menemukan hal-hal tersebut di kehidupan nyata, ketika kebetulan menjenguk orang yang sedang sakaratul maut.
Kesimpulannya adalah apa yang sering kita ingat semasa hidup kita, maka itu pula yang terlintas di fikiran kita ketika akan meinggal dunia. Sehingga tak heran kenapa ulama menyarankan untuk memperbanyak dzikir mengingat Allah di segala kondisi, dan di setiap harinya, agar di akhir hayat nanti yang kita ingat adalah Allah.
Su'ul Khotimah
Su'ul khotimah adalah hal buruk yang dilakukan seseorang di saat-saat terakhir ia menghembuskan nafas (mati dalam keadaan su'ul khotimah). Artinya setiap orang tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana dia mati, maka oleh sebab itu manfaatkan sisa hidup dengan melakukan kebajikan dan amal saleh, dengan harapan jika memang kematian itu datang tiba-tiba, semoga bukan dalam keadaan melakukan maksiat, tapi mati dalam keadaan baik (husnul khotimah).
Kemudian melalui hadits-hadits Nabi dan ayat-ayat Al Qur-an, ulama mengabarkan sebuah keterangan. Seperti hadits yang diriwayatkan di dalam Shohih Muslim, dari Abu Huroiroh, bahwa Nabi Sholallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya seseorang yang sudah sekian lamanya melakukan amal-amal ahli surga (mungkin saja) tiba-tiba mengakhirinya dengan perbuatan ahli neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang sudah sekian lama melakukan perbuatan-perbuatan ahli neraka, tiba-tiba dia mengakhirinya dengan amalan surga."
Kemudian juga disebutkan di dalam kitab Shohih Bukhori, yang diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad, dari Nabi Sholallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya benar-benar ada orang yang melakukan perbuatan ahli neraka, padahal dia sebenarnya termasuk ahli surga. Dan sesungguhnya benar-benar ada yang melakukan amalan ahli surga, padahal dia sebenarnya termasuk ahli neraka. Sesunghuhnya amal-amal itu (tergantung) pada akhirnya."
Dari dua hadits yang disampaikan di atas, bahwa baik dan buruknya nasib manusia kelak di akhirat, bisa dibuktikan dunia oleh Allah ketika ia mati. Artinya segala sesuatunya Allah yang tentukan, termasuk kematian yang menimpa manusia, apakah mati dalam keadaan husnul khotimah ataukah mati dalam keadaan su'ul khotimah.
Sehingga dengan begitu, kemudian muncul rasa cemas dan takut, yang mendorong seorang mu'min meminta pertolongan hanya kepada Allah, hanya bergantung kepada Allah, dengan memohon kepada Allah agar kelak mati dalam keadaan husnul khotimah.
Namun demikian, Abu Muhammad Abdul Haq berkata, "Ketahuilah sesungguhnya su'ul khotimah itu (semoga Allah melindungi kita darinya) takan terjadi kepada orang yang senantiasa istiqomah lahirnya dan selalu baik batinnya."
Mengingatkan tentang artikel sebelumnya, yang mana di dalamnya ada penjelasan tentang berbaik sangka kepada Allah, maka dalam hal ini pun kita tetap harus berbaik sangka kepada Allah atas segala kehendak-Nya. Karena sudah pasti, bahwa su'ul khotimah maupun husnul khotimah yang menimpa manusia itu adalah kehendak Allah. Tapi jangan lancang menyalahkan Allah
Kita ambil contoh Ajazil/Iblis yang awalnya sangat tekun beribadah kepada Allah, menurut sebuah riwayat dia beribadah kepada Allah selama 80.000 tahun, sehingga oleh Allah diangkat ke langit dan dipercaya membawahi para malaikat, namun apa yang terjadi setelah Allah menciptakan Adam? Tentunya kita sudah tahu ceritanya.
Iblis walaupun dia sudah beribadah kepada Allah selama 80.000 tahun, tapi Allah sebenarnya sudah berkehendak terlebih dahulu di dalam lauhul mahfudz tertulis "La'natullah." Meski secara syari'at, iblis dilaknat oleh Allah karena kesombongannya.
Contoh yang selanjutnya kita ambil sebuah riwayat di zamannya nabi Musa 'Alaihis Salam. Dimana ada seorang bromocorah yang sepanjang hidupnya banyak melakukan maksiat bahkan dibenci oleh masyarakat sekitar. Sehingga ketika dia mati, semua orang membuang dia di atas tumpukan sampah.
Kemudian Allah memerintahkan nabi Musa 'Alaihis Salam melalui wahyu langsung, untuk mengurusi jenazah seorang bromocorah tadi, bahkan orang tersebut Allah sebut sebagai Wali-Nya. Padahal selama hidupnya banyak melakukan maksiat.
Ternyata Allah meridhoi orang tersebut karena ketulusan hatinya dalam bermunajat dan mengakui kesalahannya sebelum ia meninggal. Begitu dahsyatnya nilai sebuah ikhlas yang tersimpan di qolbu manusia dalam pandangan Allah, mampu menghancurkan dosa yang sebesar gunung. Dan haq Allah ketika Dia mengangkat hambanya sebagai Wali-Nya.
Maknanya adalah jangan terlalu asyik memandang amal-amal kita, sehingga kita lupa terhadap rahmat Allah yang jauh lebih besar daripada seluruh amal kita yang sebenarnya tidak ada apa-apanya.
Kendatipun begitu, kita tetap tidak boleh meninggalkan amal, disamping karena melaksanakan perintah, juga karena diantara amal-amal tersebutlah Allah meletakan ridho-Nya untuk hamba-hambanya, maka jangan pernah kita memandang rendah sebuah amal, karena bisa jadi nilainya sangat besar menurut pandangan Allah karena ada ridho-Nya.
Kemudian yang tak kalah penting dalam mengerjakan amal yaitu istiqomah yang disertai sabar. Dua hal yang sangat penting, yang melibatkan anggota tubuh dzhohiriyah dan bathiniyah, untuk meraih ikhlas.
Bila gerak dzhohir diimbangi dengan amaliyah bathin, maka mustahil orang tersebut akan meninggalkan amalan surga kemudian memilih amalan neraka. Karena bagi seseorang yang sudah merasakan lezatnya iman, mustahil melakukan dosa yang konsekuensinya teramat sangat pahit.
Hikayat
Diceritakan bahwa di Mesir pernah ada seorang laki-aki yang gemar pergi ke masjid untuk mengumandangkan adzan sholat, sehingga dirinya tampak cemerlang karena ketekunannya beribadah dan ketaatannya kepada Allah.
Namun pada suatu hari dia naik ke atas menara seperti biasanya. Di bawah menara itu ada sebuah rumah milik seorang dzimmi beragama Nasrani. Dari atas tampak olehnya seorang gadis cantik di dalam rumah itu. Rupanya dia tergoda olehnya, dan urung melalsanakan adzan.
Laki-laki tadi turun dan masuk ke dalam rumah itu untuk menghampiri si gadis. Karena heran si gadis bertanya, "Ada apa, mau apa engkau ke mari?""Aku mau kamu." Jawab laki-laki itu.
"Apa maksudmu? Tanya gadis itu, semakin heran.
"Kamu telah menguasai akalku dan mencuri hatiku." Jawab si laki-laki.
"Aku tidak mau memenuhi ajakanmu kepada perbuatan yang membuatku bimbang." Tegas gadis itu. Kemudian si laki-laki mempertegas, "Aku ingin menikahimu."
"Kamu orang Islam sedangkan aku orang Nasrani. Ayahku pasti tak sudi menikahkanku denganmu." Tolak gadis itu. "Jika aku masuk Nasrani?" Tawar si pemuda. "Kalau begitu aku mau." Gadis itu menerima ajakan menikah.
Akhirnya laki-laki itu menyatakan masuk Nasrani. Selanjutnya dia tinggal di rumah bersama keluarga si gadis di rumah itu. Dan pada hari itu juga dia naik ke atas loteng, tiba-tiba jatuh dan mati. Dia mati dalam keadaan murtad. Na'udzu billahi min dzalik.
Bagi seorang muslim harus punya sifat kikir dalam agama, artinya jangan menjual agama demi kesenangan dunia yang sesaat. Jangan karena perasaan cinta kepada makhluk, kita dengan mudahnya menanggalkan iman, padahal yang sesungguhnya bukanlah cinta tapi nafsu.
Juga ada riwayat lain menceritakan, bahwasanya ada seorang laki-laki yang sangat mencinta seorang wanita dengan sangat lekat, tapi wanita yang dicintainya justru malah merasa benci kepadanya. Meskipun begitu si pria tetap mencintai wanita tersebut.
Saking cintanya yang begitu mendalam meski bertepuk sebelah tangan, sampai-sampai si pria terbaring sakit di tempat tidurnya. Maka disuruhlah seseorang yang menjadi perantara untuk menyampaikan kabar kepada si wanita tentang kondisi si pria.
Karena merasa kasihan, si wanita bersedia datang dan berjanji akan segera menemuinya. Mendengar berita tersebut si pria merasa senang dan merasa seakan diringankan penderitaannya selama ini.
Namun di tengah perjalanan, si wanita tersebut berfikir ulang dan berubah ni'at lalu pulang. Hingga pada akhirnya ia berbicara kepada si perantara yang diutus oleh si pria, "Demi Allah aku tidak sudi terjerumus kedalam tindakan yang menimbulkan kecurigaan, dan tidak akan membiarkan diriku menjadi bahan gunjingan orang."
Perkataan si wanita akhirnya sampai di telinga si pria, akibatnya dia pingsan dan sakitnya bertambah parah, lalu tampaklah padanya tanda-tanda kematian. Si pria berkata-kata dalam sakitnya yang parah itu:
Salam, o pelipur lara
O, penyejuk jiwaku yang nista
Yang kurus kering dihimpit duka
Didera nestapa
Keridho'anmu lebih didamba
Oleh hatiku yang luka
Daripada rahmat sang pencipta
Yang Maha Agung Maha Kuasa
Di dalam cerita ini si periwayat mengingatkan dia, "Wahai fulan, takutlah kamu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala." Tapi dia malah membantah, "Terlajur terjadi apa yang terjadi." Tak lama berselang pria tersebut meninggal, dalam keadaan belum bertobat. Na'udzu billahi min dzalik.
Penutup
Sebagai penutup kami mengutip perkataan mu'alif, "Kesudahan hidup manusia itu merupakan hal ghaib dan kehendak Allah tidak bisa dikalahkan, maka janganlah kamu membanggakan imanmu, amalmu, sholatmu, zakatmu, puasamu dan semua amal kebaikanmu yang lain."
"Karena meskipun itu hasil usahamu, tetapi tetap semua itu datangnya dari Allah sebagai anugerah yang Dia berikan kepadamu. Karena bila kamu membanggakan itu semua berarti sama halnya dengan orang yang memamerkan barang titipan dari oranglain." Wallahu a'lam bishowab.
Post a Comment for "Kejadian yang Mengiringi Proses Kematian"
Silahkan tinggalkan komentar tanpa menyertakan link