Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Pembahasan Lafadzh Bismillah dan Permasalahannya | Tafsir Al Qurthubi

Pembahasan Lafadzh Bismillah dan Permasalahannya | Tafsir Al Qurthubi

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Lafadzh Bismillah Adalah Janji Allah dan Berisi Kandungan Semua Syari'at

Ulama berkata bahwa lafadzh Bismillah adalah sumpah Allah yang Dia turunkan di awal setiap surat. Dia bersumpah kepada hamba-hamba-Nya:

"Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya lafadzh yang Aku letakkan untuk kalian di surat ini adalah suatu kebenaran, dan Aku memenuhi semua yang Aku jamin dalam surat ini, yaitu janji kelembutanku dan kebaikanku." Demikian yang disebutkan oleh Imam Qurthubi.

Kata Ar Rohman yang disebutkan di dalam lafadzh Bismillah adalah nama Allah yang memiliki 99 nama yang baik (Asmaul Husna), yang memiliki arti bahwa Allah memiliki sifat Maha Pemurah.

Allah memberikan ni'mat yang begitu besar kepada manusia tanpa pilih-pilih apakah dia itu beriman ataukah kufur, semua makhluk termasuk manusia tidak ada yang luput dari Allah untuk diberikannya ni'mat.

Begitu juga dengan kata Ar Rohim di dalam lafadzh Bismillah adalah termasuk 99 Asmaul Husna, yang memiliki arti bahwa Allah memiliki sifat Maha Penyayang.

Namun, cinta Allah kepada manusia itu terbatas, hanya bagi orang-orang yang beriman saja, sedangkan untuk orang-orang kafir hanya mendapatkan sifat Allah yang Maha Pemurah.

Maka dengan demikian Allah itu menghendaki kebaikan bagi seluruh ciptaan-Nya, karena seluruh perbuatan Allah tidak ada yang buruk dan tidak ada yang sepi daripada hikmah. Sifat Rohman Allah untuk kebaikan semua makhluk agar kehidupan berjalan sebagaimana mestinya.

Sedangkan sifat Rohim Allah untuk mereka yang beriman yang percaya akan keEsaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Sifat Rohim yang diberikan oleh Allah berupa cabang keni'matan seperti berkahnya rizki, bertambahnya iman dan lain-lain, yang tidak dirasakan oleh mereka yang kufur.

Imam Qurthubi menyebutkan Bahwa lafadzh Bismillah adalah sesuatu yang Allah turunkan di dalam kitab Al Qur-an, dan diberikan kepada umat ini, khususnya setelah diberikan kepada nabi Sulaiman 'Alaihis Salam.

Kemudian, sebagian ulama berkata, "sesungguhnya lafadz Bismillah itu mengandung semua syari'at. Sebab ia menunjukan kepada Dzat dan sifat Allah, dan ini adalah pendapat yang benar." Demikian kata Imam Qurthubi.

Al Qurthubi


Keutamaan dan Khasiat Lafadz Bismillah

Sa'id bin Abi Sakinah berkata, "Aku menerima berita, bahwa Ali bin Abi Tholib karomallahu wajhah melihat seorang laki-laki menulis lapadzh Bismillah.

Sayidina Ali kemudian berkata kepada orang itu, "Baguskanlah lafadzh itu! Sebab orang yang membaguskan lafadzh itu akan diampuni dosanya oleh Allah."

Sa'id berkata, "Aku mendapat kabar bahwa ada seorang laki-laki yang melihat sebuah kertas yang tertulis lafadzh Bismillah, orang tersebut kemudian mengecup kertas itu dan meletakkannya di kedua matanya. Allah kemudian mengampuni dosa-dosanya."

Senada dengan apa yang dilatakan oleh Sa'id bin Sakinah, kemudian Bisyr Al Hafi menambahkan, "Sebab ketika dia mengangkat kertas yang berisi tulisan nama Allah itu dan membaguskannya, sesungguhnya nama Allah sedang dubaguskan. Demikianlah yang dikatakan oleh Qusyairi.

Imam An Nasa'i meriwayatkan dari Abu Al Malih, dari seseorang yang pernah membonceng Rosulullah. Orang ini berkata, "Sesungguhnya Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Jika hewan (tungganganmu) tergelincir sehingga membuatmu terjatuh, maka janganlah engkau mengatakan, "Celaka setan!" Sebab dia akan semakin besar hingga menjadi seperti rumah dan dia akan berkata, "Dengan kekuatanku aku menjatuhkannya." Akan tetapi katakanlah, "Dengan nama Allah yang Maha Pemurah Maha Penyayang." Sebab dia (setan) akan semakin mengecil, hingga menjadi seperti lalat."

Ali bin Al Husain mentafsirkan firman Allah dalam Al Qur-an surat Al Isro ayat 46, "Dan Apabila kamu menyebut Tuhan-Mu saja dalam Al Qur-an, niscaya mereka berpaling kebelakang karena membencinya."

Dari ayat ini berarti ketika seseorang menyebut nama Allah dengan mengucap lafadzh Bismillah, setan akan menjauhi orang tersebut dan membencinya, senada dengan apa yang disampaikan oleh Rosulullah, yang disebutkan Imam An Nasa'i.

Sesuai dengan apa yang Sayidina Ali karomallahu wajhah katakan bahwa kata, "Menyebut Tuhan-Mu." Maknanya adalah jika engkau membaca lafadzh Bismillah.

Dari Imam Waki' meriwayatkan dari Al A'masy dari Abu Wa'il, dari Abdullah bin Masy'ud, bahwa jika kelak kita ingin diselamatkan oleh Allah dari malaikat Zabaniyah yang sembilan belas, maka hendaklah membaca Bismillah, supaya Allah menjadikan setiap huruf yang ada pada lafadzh Bismillah sebagai pelindung bagi kita dari masing-masing malaikat.

Lafadzh Bismillah itu berjumlah sembilan belas huruf, dan ini sesuai denga jumlah malaikat yang menjaga penghuni neraka, dimana Allah berfirman tentang mereka, "Diatasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)." (QS. Al Mudatsir: 30).

Sementara para malaikat senantiasa membaca lafadz Bismillah pada setiap pekerjaannya. Dari sanalah lafadzh Bismillah menjadi kekuatan mereka, dan karena lafadzh Bismillah lah mereka mendapat kekuatan.

Kemudian Ibnu Athiyah membandingkan hal tersebut dengan pendapat ulama tentang lailatul qodar, bahwa lailatul qodar itu terjadi pada malam duapuluh tujuh Ramadhan. Ini disebabkan karena mereka memelihara lafadz هِيَ pada kalimat اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ (Q.S. Al Qodr: 1).

Juga pendapat mereka tentang jumlah para malaikat yang berlomba-lomba menulis ucapan orang yang membaca, "Ya tuhan kami, bagimu semua pujian, dengan pujian yang banyak, baik dan diberkati."

Oleh karena itulah nabi Sholallahu 'Alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat yang berlomba-lomba menuliskan lafadzh tersebut, siapakah diantara mereka yang menuliskannya pertama." Demikian yang disebutkan Ibnu Athiyah di dalam kitab tafsirnya.


Nabi Sulaiman Menuliskan Lafadzh Bismillah

Di dalam Al Qur-an surat An Naml ayat 30, Allah menyebutkan, "Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya (isinya), "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah Maha Penyayang."

Ayat tersebut adalah perintah Allah kepada nabi Sholallahu 'Alahi wa Sallam, karena menurut Asy Sya'bi dan Al A'masy meriwayatkan, bahwa Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam menulis, بِاسْمِكَ اَللّهُمَّ (dengan menyebut nama-Mu, ya Allah). Kemudian turunlah ayat diatas, maka Rosulullah pun menulis lafadzh Bismillah.

Begitupun di dalam kitab Abu Daud, Asy Sya'bi, Abu Malik, Qotadah dan Tsabit bin Imarah berkata, "Sesungguhnya Nabi Sholallahu 'Alaihi wa Sallam tidak menulis (lafadz bismillah), hingga surat An Naml diturunkan."


Lafadzh Bismillah Adalah Mahkota Semua Surat.

Diriwayatkan dari Abu Ja'far Ash Shodiq rodhiyallahu 'anhu, bahwa beliau berkata "(lafadzh) Bismillah itu mahkota semua surat (Al Qur-an)."

Dari perkataan Abu Ja'far ini, kemudian Imam Qurthubi rohimahullahu ta'ala berpendapat, bahwa apa yang dikatakan oleh Abu Ja'far ini menunjukkan bahwa bukan merupakan ayat dalam surat Al Fatihah atau surat yang lainnya.


Pengelompokan Pendapat Ulama Tentang Lafadzh Bismillah

Dari berbagai pendapat ulama tentang, "Apakah lafadzh Bismillah termasuk ayat dalam surat Al Fatihah?" Imam Qurthubi mengelompokkannya kedalam tiga kelompok.


Kelompok pertama.

Lafadz Bismillah bukan merupakan ayat dalam surat Al Fatihah, pendapat ini menurut Iman Malik rohimahullahu ta'ala.


Kelompok ke dua

Lafadzh Bismillah merupakan bagian dari semua surat, pendapat ini menurut Abdullah bin Al Mubarok.


Kelompok ke tiga

Lafadzh bismillah merupakan bagian dari surat Al fatihah, pendapat ini menurut Imam Syafi'i.

Imam Syafi'i adalah salah seorang mujtahid mutlak, yang mana fatwa-fatwa dari beliau sangat hati-hati dan tidak mengabaikan pendapat ulama lain dalam hal perbedaan pendapat (ikhtilaf). Terlihat dari adanya kaul qodim (fatwa-fatwa terdahulu) dan kaul jadid (fatwa-fatwa yang merevisi fatwa-fatwa sebelumnya).

Dengan adanya kaul qodim dan kaul jadid, kita bisa melihat bahwa beliau berfikiran terbuka, sehingga fatwa-fatwa beliau relevan dengan kondisi umat yang berbeda-beda martabat/kedudukan, sehingga setiap umat bisa melaksanakan syari'at sesuai dengan kapasitasnya yang tentu saja tidak keluar dari As Sunah dan Al Qur-an, karena Islam itu rahmat bagi seluruh alam.

Selain adanya kaul qodim dan kaul jadid, imam syafi'i juga tidak mengabaikan pendapat ulama lain, terbukti dengan adanya hukum sunah muakad ketika ada perbedaan pendapat dalam hukum, seperti contoh diwajibkannya mengusap seluruh kepala ketika wudhu dalam madzhab lain, maka di dalam madzhab Syafi'i pun melaksanakannya, yang beda itu hanya hukumnya, yaitu tidak wajib.

Begitupun terkait dengan perbedaan pendapat ulama tentang apakah lafadzh Bismillah itu termasuk bagian dari Surat Al Fatihah, dan apakah Bismillah itu bagian dari semua surat dalam A Qur-an?

Imam Syafi'i dipandang tidak konsisten ketika berpendapat bahwa bismillah bukan bagian dari semua surat, tapi beliau menyertakan membaca lafadzh bismillah di semua surat, padahal sebenarnya yang beliau lakukan adalah sebagai bentuk kehati-hatian (ihtiyat), karena hanya Allah yang Maha Haq (benar).

Argumentasi Imam Syafi'i tentang lafadzh Bismillah itu merupakan bagian dari surat Al Fatihah, adalah berdasarkan hadits dari Abu Bakr Al Hanafi, dari Abdul Hamid bin Ja'far, dari Nuh bin Abi Bilal, dari sa'id bin Abi Sa'id Al Maqoburi, dari Abu Hurairoh, bahwa Nabi Sholallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Apabila kalian membaca, 'Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.' (Surat Al Fatihah), maka bacalah بسم الله الرّحمن الرّحيم sesunggnya ia (surat Al Fatihah) adalah ummul Qur'an, Ummul kitab dan As Sab'u matsani (tujuh pujian), dan بسم الله الرّحمن الرّحيم adalah salah-satu ayatnya." Hadits ini marfu' menurut Abdul Hamid bin Ja'far.

Adapun argumentasi dari Ibnu Mubarok adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Anas rodhiyallahu 'anhu, beliau berkat:

"Suatu hari ketika Rosulullah berada di tengah-tengah kami, tiba-tiba Beliau pingsan. Setelah itu Beliau mengangkat kepalanya seraya tersenyum. Kami berkata, "Apa yang membuat engkau tersenyum wahai Rosulullah?" Beliau menjawab, "Baru saja diturunkan sebuah surat kepadaku." Beliau kemudian membaca (surat Al Kautsar diawali lafafzh Bismillah):"

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah Maha Penyayang. Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu ni'mat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus." (Q.S. Al Kautsar).

Anas bin Malik kemudian menceritakan hadits ini hingga selesai, dan oleh Imam Qurtubi disampaikan dalam pembahasan tafsir surat Al Kautsar (insya Allah akan kami post di blog ini nanti).


Allah Menamai Surat Al Fatihah Dengan Sebutan Sholat

Terlepas dari permasalahan silang pendapat tentang bacaan bismillah apakah bagian dari ayat di dalam surat Al Fatihah ataukah bukan, ada hal yang menarik yang disebutkan Imam Muslim yang meriwayatkan hadits dari Abu Huroiroh, beliau berkata:

Aku mendengar Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah Azza wa Jalla berfirman; 'Aku membagi sholat di antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta."

"Apabila seseorang membaca: الحمد لله ربّ العالمين hambaku telah memuji-Ku. Apabila seorang hamba membaca: الرّحمن الرّحيم hambaku telah menyanjungku. Apabila seorang hamba membaca: مالك يوم الدّين hambaku telah mengagungkan aku."

Kemudian Nabi bersabda sekali (seraya mengikuti firman Allah tadi), "Hamba-Ku telah memasrahkan kepada-Ku, apabila dia membaca: إيّاك نعبد وإيّاك نستعين ini antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hambaku apa yang dia minta. Apabila dia membaca إهدن الصراط المستقيم. صراط الذين انعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضّآلّين maka Dia berkata, ini bagi hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.

Dari hadits di atas, sudah jelas bahwa yang diwahyukan oleh Allah kepada Rosulullah adalah surat Al Fatihah, yang berarti bahwa makna sholat yang disebutkan hadits di atas yaitu surat Al Fatihah, Allah menamai surat Al Fatihah dengan sebutan sholat.

Tiga ayat pertama pada surat Al Fatihah ditujukan untuk Dzat Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan memuji dan mengagungkan Dzat-Nya, dan Allah pun menghususkannya untuk nama-Ya, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dalam hal ini semua ulama sepakat.

Kemudian ayat yang ke empat menunjukan kerendahan diri seorang hamba di hadapan Allah, pengakuan bahwa hanya Allah satu-satunya Tuhan yang disembah dan tempat meminta segala sesuatu. Sehingga pantas jika ayat ini oleh Allah jadikan antara Dia dan hamba-Nya.

Kemudian tiga ayat berikutnya menggenapkan surat Al Fatihah menjadi tujuh ayat. Sebagaimana firman Allah di dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh imam Malik yaitu, "(semua ayat) itu untuk hamba-hambaku." Di sini Allah tidak menyebutkan, "Kedua ayat ini." Menunjulan bahwa lafafz انعمت عليهم adalah satu ayat.

Ibnu Bakir berkata, "Imam Malik berkata, lafadzh انعمت عليهم dan setelahnya adalah ayat ke tujuh sampai akhir ayat."

Maka bagi penduduk Madinah, Syam dan Basyroh, lafadzh Bismillah bukan merupakan ayat dalam surat Al Fatihah. Berbeda dengan penduduk Kufah, yaitu para Qori' dan Fuqohanya, mereka berpendapat bahwa lafadz Bismillah adalah satu ayat di dalam surat Al Fatihah.

Dari berbagai pendapat berdasarkan hadits, maka kesimpulan di dalam madzhab Maliki dan para sahabatnya adalah, bahwa lafadz Bismillah bukanlah ayat dalam surat Al Fatihah dan bukan pula dalam surat yang lain.

Sebenarnya terlalu panjang untuk membahas ikhtilaf ulama madzhab tentang lafadzh Bismillah, namun kami hanya mengutip bagian pentingnya saja pada artikel kami kali ini, menyesuaikan madzhab yang kami ikuti yaitu madzhab Syafi'i.

Sebagaimana imam Qurthubi yang begitu tawadhu tidak ada kesan menyalahkan kaul ulama lain apalagi mengkafir-kafirkan saudara seiman hanya lantaran masalah yg bersifat furu'.

Imam Qurtubi berkata, "Pendapat bahwa membaca lafadzh Bismillah dengan samar bersama dengan surat Al Fatihah adalah pendapat yang baik dan sesuai dengan atsar yang diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, serta tidak bertentangan dengannya."


Menulis Lafadzh Bismillah di Awal Kitab

Imam Qurtubi sependapat dengan pendapat jumhur ulama, bahwa menulis lafadz Bismillah itu diperbolehkan, akan tetapi jika isi kitab itu kumpulan syair maka tidak diperbolehkan.

Namun, Sa'id bin Jubair mempunyai pendapat yang berbeda, bahwa menuliskan lafadzh Bismillah di awal kitab sya'ir itu boleh, dan diikuti oleh ulama muta-akhirin. Bahkan Abu Bakar Al Khotib berkata, "Pendapat inilah yang kami pilih dan kami sukai."


Pengucapan Nama Untuk Lafadz Bismillah

Imam Al Mawardi, seorang ulama fiqih bermadzhab Syafi'i, mengatakan bahwa orang yang membaca Bismillah adalah mubasmil. Mubasmil adalah bahasa muwaladah yakni orang-orang Arab generasi selanjutnya, orang-orang lokal keturunan campuran.

Imam Qurthubi sendiri berpendapat bahwa yang masyhur itu Basmalah, berdasarkan pendapat para pakar bahasa Arab seperti Ya'kub bin As Sakit, Muthoriz, Tsa'labi dan ulama lainnya, dan mengikuti kebiasan orang Arab terdahulu dengan dialeknya.

Untuk kami pribadi, berhubung tinggal dilingkungan orang-orang Sunda yang khas dengan dialeknya, mengucapkan lafadz Bismillah dengan mengatakan Bismillah bukan Basmallah, mengikuti perkataan guru-guru kami yang menyebutkan Bismillah.


Hukum Membaca Lafadzh Bismillah

Di dalam syari'at Islam hukum membaca Bismillah itu sunah, berdasarkan apa yang diperintah dan dicontohkan oleh Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam, juga berdasarkan dalil Al Qur-an seperti di dalam surat Hud ayat 41.

Sunah membaca lafadz Bismillah ini untuk setiap aktivitas yang baik, bukan maksiat. Seperti makan, minum, menyembelih, berhubungan badan, bersuci, berkendaraan, berlayar dan lain-lain.


Bantahan Ulama Ahlu Sunnah Terhadap Kaum Qodariyah Terkait Lafadzh Bismillah

Kaum Qodariyah adalah orang-orang yang pemahamannya bersebrangan dengan ahlu sunah. Mereka meniadakan ikhtiar makhluk, menganggap bahwa makhluk sama sekali tidak ada hubungannya dengan takdir Allah.

Berbeda dengan pemahaman aqidah ahlu sunah bahwa usaha manusia bisa saja bersambung dengan kehendak Allah, namun bukan berarti manusia memberi dampak terhadap hasil. Karena semua yang terjadi itu karena Allah lebih dahulu berkehendak, sedangkan do'a dan ikhtiar itu pun bagian dari takdir Allah, karena Allah lah yang memberi daya gerak kepada manusia.

Ahlu sunah tidak mengajarkan setiap hamba untuk pasrah tanpa ikhtiar, akan tetapi meletakkan tawakal sebelum ikhtiar agar manusia tidak mengeluh dan menyalahkan Allah ketika hasil tak sesuai dengan harapan, juga tidak mengajarkan bahwa pasrah itu masabodoh dan bermalas-malasan.

Terkait lafadz Bismillah, ulama kita berkata, "Di dalam hadits-hadits yang memerintahkan untuk membaca lafadz Bismillah saat kita memulai melakukan aktivitas, itu mengandung pesan bantahan terhadap pemikiran golongan Qodariyah yang berpendapat bahwa perbuatan mereka sudah ditakdirkan untuk mereka.

Seperti misalnya sakit, menurut mereka sakit itu dari Allah, maka sembuh pun Allah yang menyembuhkan, tak ada hubungannya dengan obat-obatan dan bantuan medis. Sepintas seperti benar padahal bathil.

Lafadz Bismillah menurut pemahaman ahlu sunah, merupakan mengalap berkah atas keAgungan Dzat Allah agar apa yang hendak dikerjakan mendapat ridho dan berkah dari Allah.

Artinya ada usaha dari manusia untuk berharap dan memohon kepada Allah, bukan menyerahkan seluruhnya kepada Allah, mentang-mentang tahu bahwa Allah lah yang Maha Menggenggam (berkuasa) termasuk takdir.

Terlebih anjuran membaca lafadzh Bismillah sebelum memulai aktivitas itu ada perintah dari Rosulullah, begitupun dari Allah di dalam Al Qur-an.


Tafsir Kata بسم الله pada Lafadzh Bismillah

Menurut pendapat Abu Ubaidillah, kata إسم pada lafadzh Bismillah adalah "shillah" tambahan. Beliau mengungkapkan akan bukti pendapatnya itu berdasarkan syai'r syekh Labid:

إلى الحول ثمّ اسم السّلام عليكما ومن يبك حولا كاملا فقد اعتدر

"Sampai setahun, lalu keselamatan semoga tercurah kepada kalian berdua. Barangsiapa yang menangis selama setahun penuh, sesungguhnya dia telah meminta ampunan."

Dalam ba'it sya'ir ini labid menyebutkan kata إسم sebagai kata tambahan. Maksudnya adalah, "Lalu keselamatan semoga tercurah kepada kalian."


Apakah Lafadz Bismillah Itu Kalimat Perintah Atau Kalimat Berita?

Ada dua pendapat ulama, dalam menta'wil lafad Bismillah ini yaitu lafadzh بسم الله merupakan kalimat perintah dan kalimat berita.

Seperti yang kita tahu, bahwa lafadz Bismillah diawali dengan huruf ب kemudian dilanjutkan dengan lafadz إسم sehingga sebagian ulama ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa lafadz ini mengandung kalimat perintah, yang jika disusun menjadi إبدأ باسم الله yang artinya "Mulailah dengan menyebut nama Allah." Pendapat ini menurut Al Faro.

Kemudian sebagian lagi ada yang berpendapat, bahwa lafadz Bismillah itu mengandung kalimat berita, yang jika disusun menjadi kata إبتدأت باسم الله yang artinya "Aku memulai dengan menyebut nama Allah." Dan pendapat ini menurut Al Zujaz.

Jika lafadz Bismillah pada posisi nashob, maka memiliki dua pena'wilan. Menurut satu pendapat, makna Lafadz بسم الله yaitu إبتدائ باسم الله yang artinya "Mulai (aktivitas)ku dengan (menyebut) nama Allah."

Namun, jika lafadz Bismillah pada posisi rofa', maka ia menjadi khobar dari kata إبتدائ kemudian menurut satu pendapat, khobar dari kata إبتدائ dibuang sehingga menjadi إبتدائ مستقر اوثابت باسم الله yang artinya, "Mulai (aktivitas) ku tetap atau senantiasa menyebut nama Allah."


Alif yang Dibuang Pada Lafadz Bismillah

Alasan tidak ditulisnya huruf Alif pada lafadz Bismillah karena sudah tercukupi oleh huruf Ba Ilshoq pada lafadzh tersebut, hal ini sudah banyak dilakukan.

Berbeda dengan firman Allah إقرأ باسم ربّك "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu." Pada firman Allah ini huruf Alif tidak dibuang karena jarang dilakukan.

Ada perbedaan pendapat ulama terkait membuang alif di dalam penulisan bahasa Arab ini. Seperti Al Kisa'i dan Sa'id Al Akhfasy, mereka berpendapat bahwa huruf Alif harus dibuang. Sedangkan menurut Yahya bin Wats Tsab, huruf Alif tidak boleh dibuang kecuali pada lafadzh Bismillah, sebab pembuangan Alif ini banyak terjadi.


Pengkhususan Harokat Kasroh Pada Huruf Ba Pada Lafadzh Bismillah

Ada tiga pendapat ulama terkait pengkhususan huruf Ba pada lafadzh Bismillah yang posisinya sebagai huruf Jar ini, diantaranya yaitu:

  1. Huruf Ba posisinya majrur (dijarkan) agar lafadzhnya sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai isim. 
  2. Di saat Ba hanya dapat masuk kepada isim, maka huruf Ba ini harus dijarkan, dimana harokat jar yakni kasroh, hanya terdapat pada isim. 
  3. Untuk membedakan antara huruf Ba dengan huruf yang telah menjadi isim.

Wazan Pada Lafadz إسم Pada Lafadzh Bismillah

Adapun wazan pada kata إسم pada lafadzh Bismillah yaitu إفْعٌ dan huruf yang hilang dari kata tersebut yaitu huruf Wau, sebab berasal dari kata سَمَوْتُ Sedangkan jamak dari kata اسم yaitu أَسْمَاءٌ sedangkan bentuk tasghirnya adalah سُمَيً.

Ada pula ulama yang berpendapat bahwa asal kata إِسْمٌ dari wazan فِعْلٌ sehingga menjadi إِسْمٌ, sedangkan menurut pendapat yang lain adalah sesuai dengan wazan فُعْلُ sehingga menjadi أُسْمٌ.

Al Jauhari berkata, "Kata أَسْمَاءٌ adalah bentuk jamak dari wazan ini, seperti جِذْعٌ - أَجْدَاعٌ dan قُفْلٌ - أَقْفَلٌ. Kata إِسْمٌ ini tidak diketahui bentuk asalnya kecuali dari mendengarkan ucapan orang Arab.

Untuk kata إسم ini ada empat bentuk kata:

  1. Dengan bentuk huruf Alifnya berharokat kasroh. 
  2. Dengan bentuk huruf Alifnya berharokat dhomah. 
  3. Dengan bentuk huruf Sinnya berharokat kasroh. 
  4. Dengan bentuk huruf Sinnya berharokat dhomah tanpa huruf Alif sebelumnya.

Nisbat Kata Isim

Bangsa Arab mengatakan, bahwa nisbat dari kata Isim yaitu Sumay, tapi jika engkau menghendaki, maka engkau dapat mengatakan Ismiy, dibiarkan sesuai dengan kondisi awalnya.

Jamak dari kata isim yaitu asmaa, dan jamak dari kata asmaa yaitu usaam. Namun, Al Faro meriwayatkan:

أُعِيذُكَ بِأَسْمَاوَاتِ الله
"Aku memohon perlindungan untukmu dengan nama Allah."

Penamaan Kata Isim

Ulama Bashroh mengatakan, bahwa kata isim berasal dari kata ألسّمو yang artinya tinggi dan luhur. Dikatakan tinggi karena Dzat yang dinamai berada pada derajat yang paling tinggi.

Namun menurut satu pendapat, karena nama dapat meninggikannya, sehingga dia menjadi lebih tinggi daripada yang lain.

Sedangkan menurut pendapat yang lain mengatakan, bahwa nama itu dinamai dengan isim karena dengan kemampuannya nama menjadi lebih tinggi daripada huruf dan fi'il, karena ia adalah asal. Oleh karena itu, karena keluhurannyalah nama itu dinamai Isim.


Nama Allah Itu Qodim dan Senantiasa

Ulama Ahlu Sunnah berpendapat, bahwa Allah itu senantiasa disifati dengan sifat-sifat yang layak bagi-Nya. Artinya segala sifat-sifat yang baik dan sempurna itu haq bagi Allah.

Sebelum Allah menciptakan alam, nama Allah itu ada (Qodim). Ketika alam ini telah diciptakan-Nya, Allah sudah memiliki nama dan nama Allah itu bukan buatan manusia tapi dari wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepada Rosulullah. Jadi Allah lah yang menamai Dzat-Nya bahkan ketika alam ini musnah, nama Allah tetap ada, karena Dia-lah yang Maha Awal, Maha Akhir.

Berbeda dengan pendapat kaum Mu'tazillah yang mengatakan bahwa dulu Allah itu tidak mempunyai nama dan sifat. Ketika Dia menciptakan makhluk, maka mereka menetapkan nama dan sifat-sifat-Nya.

Orang-orang Mu'tazillah beranggapan bahwa apabila seluruh makhluk musnah, maka Allah kembali tidak memiliki nama dan sifat, pendapat dari kaum mu'tazillah ini bertolak belakang dengan kesepakatan umat Islam yang beraqidah lurus sesuai dengan As Sunah dan Al Qur-an.

Tidak hanya sampai disitu, kaum Mu'tazillah juga menganggap bahwa firman Allah itu makhluk, berbentuk dan bersuara, padahal sesungguhnya Allah itu Suci dari sangkaan fikiran manusia yang terbiasa dengan gambaran makhluk.


Kesempurnaan Nama dan Sifat-sifat Allah

Nama Allah itu selaras dengan sifat-Nya, berbeda dengan makhluk ketika dikatakan berkuasa padahal memiliki kekurangan, dan ini membuktikan bahwa makhluk itu lemah. Berbeda dengan kuasa Allah yang haqiqi, maka kuasa Allah tidak diliputi oleh kelemahan, karena kuasa Allah itu meliputi segala sesuatu.

Perlu difahami bahwa nama dan sifat-sifat Allah itu bukan ditetapkan oleh makhluk. Adapun akal hanya menemukan sebagian dari sifat-sifat-Nya yang tak mampu bagi akal untuk mengungkap keagungan dan kesempurnaan dari seluruh sifat-sifat yang dimiliki Allah.

Akal manusia hanya sebatas menemukan bukan menetapkan, dalam rangka menanamkan iman akan keberadaan Allah yang haq, berdasarkan dalil Al Qur-an maupun hadits. Sehingga dengan adanya bukti yang ditemukan oleh akal, maka semakin kuat keimanan seseorang. Dari rasa takjub menjadi rasa syukur dan rasa cinta kepada Dzat yang Maha Tunggal.


Nama Allah Adalah Nama yang Paling Agung

Ulama berkata, bahwa nama Allah dengan lafadzh الله ini, adalah nama Allah yang paling agung dan yang paling mencakup nama-nama Allah yang lain, dan tak ada sesuatupun selain dia yang dinamai dengan nama ini, oleh karena itu nama Allah tidak dijadikan isim tasniyah maupun jamak.

Bukti bahwa tidak ada sesuatu pun yang memiliki nama Allah ini diperjelas oleh Allah di dalam Al Qur-an surat Maryam: 63 yang menyebutkan:

هل تعلم له سميّا
"Apa kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?"

Dengan demikian lafadzh Allah adalah nama bagi Dzat Al Maujud (yang Maha Ada) yang Haq, yang menghimpun seluruh sifat-sifat Ilahiyah (ketuhanan), yang disifati dengan sifat-sifat Rububiyah (pemeliharaan) yang tersendiri, dalam wujud (keberadaan-Nya) yang haqiqi, yang tidak ada Tuhan yang haq disembah kecuali Dia.

Keberadaan Allah itu wajibul wujud, yang artinya tidak masuk akal jika Allah itu tidak ada, sehingga akal hanya bisa menerima bahwa Allah itu ada karena begitu banyaknya bukti, dan ternyata Allah itu memang ada, sebelum diciptakannya makhluk, ketika diciptakannya makhluk, bahkan ketika semua makhluk dimusnahkan-Nya.


Penjelasan Ulama Tentang Huruf Alif Lam Pada Lafadzh Allah

Dari berbagai pendapat yang disebutkan oleh imam Qurthubi terkait huruf Alif Lam pada lafadz Allah, kami mengambil pendapatnya imam Syafi'i.

Menurut imam Syafi'i dan juga ulama lain yang sependapat dengannya seperti Abu Al Ma'ali, Al Khothobi, Al Ghozali, Al Mufadhdhol, mereka berpendapat berdasarkan riwayat dari Al Kholil dan Sibawaih, bahwa huruf Alif Lam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan di dalam lafadzh Allah, merupakan integral yang tidak dapat dibuang darinya.

Sebagaimana Al Khithobi membuktikannya, bahwa ketika kita menyebut nama Allah yang lain seperti "Ar Rohman" tidak harus menyebutnya dengan "ya Ar Rohman", tapi dengan mengucap "Ya Rohman", huruf Alif Lamnya dihilangkan. Sedangkan ketika menyebut nama Allah dengan lafadz "Allah" maka huruf Alif Lamnya tidak bisa dihilangkan.


Penjelasan Ulama Tentang Nama Ar Rohman Pada Lafafz Bismillah

Menurut pendapat mayoritas ulama, kata Ar Rohman berasal dari kata Rohmat, memiliki makna pemilik keluasan rahmat (kemurahan) yang tidak ada bandingannya. Oleh karena itu lafadzh ini tidak dijadikan tasniyah maupun jamak.

Ar Rohman sifat Maha Pemurah Allah kepada semua makhluk, kepada semua umat manusia. Baik yang kafir maupun yang mu'min mendapat kebaikan yang begitu luas dan begitu besar dari Allah, berupa ni'mat yang tak ternilai dan tak ada bandingannya.

Adapun pendapat bahwa lafadzh Ar Rohman itu diambil dari kata Rohmat adalah berdasar kan hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan oleh beliau hadits ini dikatakan shohih.

إنّا الرّحمن خلقت الرّحم وشققت لها من إسمى. فمن صلها وصلته ومن قطعها قطعته
(Allah Azza wa Jalla berfirman), "Aku adalah Ar Rohman (Dzat yang Maha Pemurah). Akulah yang telah menciptakan Ar Rohim, dan Akulah yang memberikan (nama Ar Rohim), maka Aku akan menyambung (hubungan) dengannya. Dan barangsiapa yang memutuskannya, maka Aku akan memutuskan hubungan dengannya."

Dari hadit ini Allah mengancam kepada siapapun yang memutuskan oranglain dari rahmat Allah, maka Allah akan memutus orang itu dari rahmat-Nya. Bukti bahwa Allah itu sangat menghendaki kebaikan bagi hambanya, maka pantas jika Dia memiliki nama Ar Rohman.


Penyebutan Nama Sifat Merupakan Sanjungan Kepada Allah

Ketika lafadz بسم الله diucapkan, maka menjadi lebih indah ketika menyertakan sifat Allah Ar Rohman dan Ar Rohim, karena dengan menyebut nama-Nya dan menyanjung sifat-Nya merupakan bentuk pengagungan kita kepada Allah.

Dengan mengucap kata بسم الله saja sebenarnya sudah memadai bagi seseorang mendapat keberkahan dari apa yang dia kerjakan, akan tetapi sebagaimana disebutkan hadits di atas bahwa dengan disertakan kedua sifat-Nya, maka Allah akan menyambung hubungan dengannya.

Maka yang paling utamanya mengucap lafadz Bismillah yaitu dengan mengucap بسم الله الرّحمن الرّحيم karena lebih besar manfaatnya. Demikian yang disebutkan oleh para ulama, wallahu a'lam.


Penjelasan Ulama Tentang Nama Ar Rohim Pada Lafadz Bismillah

Menurut pendapat mayoritas ulama, bahwa nama Ar Rohim itu memiliki nama yang bersifat umum tapi, namun khusus perbuatannya. Berbeda dengan Ar Rohman.

Jika Ar Rohman itu kebaikan Allah kepada seluruh makhluk, maka Ar Rohim hanya bagi hamba-hamba Allah yang beriman saja.

Berbeda dengan Ar Rohman yang berupa keni'matan yang indrawi saja, maka dengan sifat Allah yang Ar Rohim ini orang-orang mu'min mendapatkan cabang keni'matan, bukan sekedar keni'matan yang dzhohir saja.

Seperti ni'mat rizki yang Allah berikan kepada seluruh makhluk. Maka khusus bagi orang mu'min, mereka tak hanya mendapat ni'mat rizki yang dzhohir saja tapi juga dapat ni'mat petunjuk dan kelembutan dari Allah, seperti rizki yang berkah, penglihatan dan pendengaran yang lebih tajam, ni'mat iman dan lain-lain.

Ibnu Al Mubarok berkata, "Ar Rohman itu jika diminta Dia memberi, sedangkan Ar Rohim itu jika tidak diminta Dia akan marah."

Sebagaimana disebutkan di dalam kitab Al Jami'nya imam At Tirmidzi yang menyebutkan, "Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah murka kepadanya." Pun demikian dengan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam Sunannya.

Allah, meskipun dipinta oleh orang kafir Dia tidak marah, tapi bila seorang mu'min ketika tidak mau berdo'a kepada Allah maka Dia akan murka.

Murkanya Allah kepada orang mu'min bukan karena igin disembah, sungguh Allah tidak merasa rugi sedikitpun ketika tidak ada manusia yang menyembah-Nya.

Rohmat Allah kepada seorang mu'min begitu besar, sebagaimana dalam kajian kitab Qomi' Thugyan, syekh Nawawi menyebutkan bahwa ketika seorang mu'min masuk neraka karena dosa-dosanya, maka Allah menyiksa dia dalam keadaan mati, kecuali ketika dia dikeluarkan dari neraka. Wallahu 'alam.


Ar Rohim Juga Disifati Nabi Muhammad

Di dalam Al Qur-an surat At Taubah ayat 128, Allah mensifati nabi Muhammad dengan sifat Ar Rohim:

"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rosul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.

Melalui Rosulullah lah kita mengetahui syari'at, mengenal Allah, sampai kepada Allah, pada kemuliaan-Nya dan melihat Dzat-Nya kelak, wallahu a'lam.


Makna Lafadzh بسم الله الرّحمن الرّحيم Menurut Penjelasan Rosulullah

Dari Sayidina 'Ali karomallahu wajhah, beliau menjelaskan, kata بسم الله itu penawar setiap penyakit, dan bantuan untuk semua obat.

Adapun lafadzh الرّحمن adalah bantuan untuk setiap orang yang beriman kepada Allah. Ia adalah nama yang tidak digunakan oleh selain Allah.

Adapun lafadzh الرّحيم Ia adalah untuk orang yang bertaubat, beriman dan melakukan amal sholih.

Sementara Sayidina Utsman bin Afan, beliau berkata, bahwa Rosulullah pernah menjelaskan kepadanya makna lafadzh بسم الله الرّحمن الرّحيم Beliau Rosulullah Sholallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:

"Adapun huruf Ba maknanya adalah bala (keteguhan) Allah, Ruh-Nya (ruh di sini bukan berarti hayatnya Allah karena ruh, tapi Dialah yang menguasai ruh), kekayaan-Nya dan Baha (keelokannya)."

"Adapun huruf Sin maknanya adalah sama'ullah (keluhuran Allah). Mim maknanya adalah milik Allah. Lafadzh Allah maknanya adalah tidak ada Tuhan selain Dia. Ar Rohman maknanya adalah Dzat yang Maha Belaskasih terhadap orang yg melakukan kebajikan dan orang yang berdosa dari makhluknya. Ar Rohim maknanya yaitu Dzat yang Maha Lembut kepada orang-orang beriman secara khusus."

Dari banyaknya referensi tafsir yang disebutkan oleh imam Qurthubi, menurut kami hadits ini sudah cukup untuk mengetahui makna dari lafadz Bismillah.


Penutup

Kiranya hanya itu yang dapat kami sampaikan pada pembahasan tafsir lafadz Bismillah, karena sebenarnya begitu banyak, namun disini kami hanya menyampaikan hal yang terpentingnya saja.

Semoga apa yang kami sampaikan bisa difahami dan bermanfaat, insya Allah tafsir surat Al Fatihah akan kami posting pada artikel kami yang berikutnya, wallahu a'lam bishowab.

Buka Komentar

Post a Comment for "Pembahasan Lafadzh Bismillah dan Permasalahannya | Tafsir Al Qurthubi"